Kamis, 14 April 2016

“Naked” in Thailand: all hail the king!



Tidak terasa sudah tanggal 14 April 2016, dan saya baru menulis 1 tulisan untuk bulan ini. “Writing minimum one article per week is not easy, by the way. And again guys, I got inspiration at 01.20 am and I believe mostly all of you sleep like a top, right?”. Walaupun sudah hampir 3 minggu berlalu, tetapi otak ini masih memikirkan semua yang telah saya lalui di Malaysia dan Thailand. “Almost every day!, what happened with me? I hope this is a good thing. Yeah, Malaysia was awesome with some surprises and Thailand was amazing with memorable twist”. 

Ketika traveling ke Thailand, ada satu yang menarik dari negara ini, yaitu potret Bhumibol Adulyadej beserta istrinya terpampang dan bertebaran dimana-mana. Mulai dari Thailand selatan, Bangkok, Ayutthaya, Chiang Mai dan Chiang Rai, pokoknya seluruh provinsi di Thailand. Terkadang potret beliau beserta keluarga, ada juga yang sendirian, tetapi paling banyak bersama sang istri tercinta, Sirikit Kitayakara. It is so sweet, isn`t?

 (Bhumibol Adulyadej and her wife, Bangkok, Thailand)
 
 Sebenarnya gak “surprise” banget sih buat saya, soalnya beberapa traveler dari Indonesia sudah ada yang menuliskan tentang hal ini. Hanya saja, saya tidak mengira kalau ternyata memang benar-benar banyak. Di stasiun kereta api, dipertigaan atau perempatan jalan, sekolah-sekolah maupun institusi-institusi pemerintahan atau swasta, universitas-universitas, shopping mall, bandara, di lorong MRT Bangkok, rumah sakit, terminal bis, dan lain-lain. Pokoknya banyak! 

Apabila kalian pertama kali ke Thailand dan belum sempat membaca travel guide books, pasti akan berkomentar (minimal dalam hati), “Who is that guy? Be careful guys, Bhumibol Adulyadej is a king of Thailand, the richest king in the world (source: Business Spectator and Forbes, 2015), even until today. The second is Sultan Hassanal Bolkiah from Brunei Darussalam, and the third King Abdul Aziz from Saudi Arabia. But, King Aziz already passed away so maybe for the third richest right now is King Salman, his successor”.  

 (King Bhumibol Adulyadej, Dusit area,Bangkok, Thailand)

Karena sebelum ke Thailand, saya sudah banyak membaca dan memiliki beberapa buku tentang negara ini, jadi ketika melihat realitanya hanya bergumam, “ah, this is it”. Potret raja boleh difoto tetapi tidak boleh dihina, atau dilecehkan baik secara verbal maupun tindakan, karena akibatnya fatal. Bisa berujung penjara guys!. Mengenai hal ini, sudah ditetapkan didalam undang-undang Thailand guys. Tetapi jangan tanya saya pasal berapa ayat berapa ya, because I don’t know!. Jangankan saya, bahkan orang Thailand saja banyak yang tidak tahu. He he. 

Raja Bhumibol beserta lambang negara adalah simbol kekuasaan dan kehormatan, kepatuhan, ketaatan, dan wibawa. Semua rakyat Thailand dan siapa saja yang berkunjung ke negara ini harus tunduk patuh, menghina simbol berarti menghina negara alias makar!. Hukumannya berat, penjara itu pasti. Jadi, traveler dari Indonesia harus memahami hal ini. 

 (King Bhumibol Adulyadej, the richest king in the world)

Raja Bumibol adalah raja yang sangat dihormati oleh rakyatnya. Saya dapat banyak info dari warga lokal, bahwa ada dua raja yang sangat dikagumi dan disanjung-sanjung dalam sejarah Thailand, yaitu Raja Chulalangkorn dan Raja Bhumibol Adulyadej. Walaupun Raja Bhumibol saat ini sudah sepuh alias tua (88 tahun), tetapi beliaulah yang membawa kemajuan terhadap negara Thailand. Rakyat Thailand dengan bangga meneriakkan, “all hail the king!”. Kebanggaan itu saya amati sangat kuat melekat dihati mereka.

Kalau memikirkan hal ini, saya jadi teringat dengan beberapa kasus penghinaan atau pelecehan terhadap lambang – lambang negara di Indonesia, seperti Garuda Pancasila misalnya. Kasus terbaru di Indonesia, ada seorang anak bangsa tak tahu adat menendang lambang negara Garuda Pancasila.


(Garuda Pancasila, a national emblem of Indonesia)

 Tololnya, dia mengunggah fotonya via Instagram seraya merubah penjelasan tentang 5 sila dengan bahasa yang menghina. Dan, dua hari yang lalu saya membaca berita dari salah satu situs di internet, bahwa anak bangsa itu yang ternyata adalah seorang pemuda, telah ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara oleh pihak kepolisian, setelah ada banyak laporan dari pihak-pihak yang tidak menyukai perbuatannya. 

Seharusnya, Generasi bangsa bangga dengan Garuda Pancasila yang mengandung nilai-nilai filosofi tinggi, bahkan para pemimpin dunia saat itu salut dengan Soekarno saat mendeklarasikan Pancasila. Apabila dalam realita berbangsa dan bernegara belum sesuai harapan, seperti yang tertulis dari setiap sila, maka jangan salahkan lambangnya. Lambang Garuda Pancasila adalah simbolisasi dari suatu filosofi, dan ketika kita menghormati lambang tersebut maka yang kita hormati adalah nilai – nilai filosofinya. Belajar dari Thailand.

Morals of the story: When you are traveling, you must respect local peoples, the symbols of the countries, the local rules, the local wisdoms, and learn from it. 
 

Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...