Sabtu, 13 Februari 2016

Tanggapan Terhadap Tulisan Trinity "The Naked Traveler" (bagian 1)

Tulisan Trinity yang diterbitkan pada tanggal 10 Februari 2016, yang berjudul “Mengintip Program Pariwisata Negara Tetangga” (http://naked-traveler.com/2016/02/1...) sejujurnya membuat saya kepikiran. Lalu, saya mendapatkan inspirasi yang lagi-lagi datangnya kok ya pada tengah malam. Begini kawan-kawanku semua, apa yang dituliskan oleh Trinity "The Naked Traveler" itu tidaklah salah, dan tidak ada tapi-tapian. Mbak Trinity mendapatkan semua data kuantitatif dari ASEAN Tourism `Fair (ATF) yang diselenggarakan pada tanggal 18 – 25 Januari 2016 di Manila, Filipina.



Semua datanya otentik sesuai pengalaman dilapangan. Maka, ijinkanlah saya membagikan informasi dari sudut pandang yang lain, sudut pandang seorang guide seperti saya yang bekerja dilapangan, dan pekerjaan ini menjadi ujung tombak pariwisata di Indonesia. Dan semoga tulisan saya dan Mbak Trinity, dibaca oleh Pak Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata saat ini. Tulisan saya ini adalah subjektif, berdasarkan empirical experiences, dan mayoritas data yang saya peroleh adalah hasil dialog serta diskusi dengan tamu-tamu saya. Saya mulai saja.

1.Thailand 
Thailand adalah “King of Tourism in Southeast Asia”. Tahun 2014, negara ini berhasil menarik wisatawan mancanegara sebanyak sekitar 27 juta orang, dan tahun 2015 kemarin meningkat menjadi 29,8 juta. Wow, suatu prestasi bagi Thailand. Bom yang mengguncang Bangkok, tidak terlalu terpengaruh terhadap dunia pariwisata.

Saya mempunyai kawan-kawan Thailand yang bekerja sebagai guide dan Trip Leader , mereka memang sempat mengeluh sepi wisatawan, tetapi setelah 2-3 bulanan dunia pariwisata pulih seperti sedia kala. Kenapa Thailand begitu digdaya, guys? Karena memang pemerintahnya sadar betapa pentingnya pariwisata sebagai sumber pendapatan negara.

Saking totalitasnya, semua hal yang dapat dijadikan sumber uang dan menarik wisatawan didukung oleh pemerintah, mau jadi ladyboy beneran pun didukung. Selain itu, pariwisata Thailand merata mulai dari selatan (Phuket dan termasuk pulau-pulau kecilnya), tengah dengan Bangkok dan Pattaya disebelah timur sebagai magnet utama, Ayutthaya dengan wisata sejarahnya, dan Chiang Mai serta Chiang Rai diutara dengan wisata seni budaya beserta alamnya.

Kemudian, Thailand juga didukung oleh lokasi yang strategis berada di jantung Indo-Cina, infrastruktur yang baik, warga yang sadar pariwisata, menggratiskan visa lebih ke seratus negara, dan negara ini tidak pernah dijajah oleh kolonial. Thailand dijadikan buffer zone, sehingga negara ini dijadikan basis netral oleh dua kolonial besar di Indo-China dan Semenanjung Melayu yaitu Britania dan Perancis (what a lucky country).

Maksud saya, negara ini kekayaannya memang mantap. Tidak pernah dirampas emas-emasnya, kecuali oleh invasi Burma yang memporak-porandakan Ayutthaya. Kekayaan negara ini, benar-benar digunakan semaksimal mungkin untuk memajukan pariwisata mereka. Thailand begitu digdaya, karena memiliki kekayaan negara yang luar biasa, serta dukungan pemerintah yang luar biasa pula. Indonesia harus belajar dengan Thailand dalam banyak hal, dan butuh waktu cukup lama untuk mengalahkan negara ini dalam hal pariwisata.

2.Malaysia
Sebagai juara dua, kita tidak boleh iri kawan-kawan dengan Malaysia. Melanconglah ke Malaysia, dan kalian akan melihat betapa majunya negara ini. Malaysia memang tidak sekaya Indonesia dalam hal destinasi wisata, tetapi mereka memiliki program-program yang termanajemen dengan baik dan terintegrasi seperti di Thailand.

Politik dinegara ini juga lebih mementingkan harmoni, relatif stabil walaupun kadang-kadang terjadi gejolak, tetapi cepat penanganannya. Malaysia memiliki modal kuat untuk pariwisata, infrastruktur yang sangat baik, maju, modern, dan makanan yang masih termasuk ramah dikantong (walaupun sekarang banyak warga mengeluh apa-apa mahal). Tetapi pertimbangkanlah satu  hal guys..

Saya sering membawa tamu dari Malaysia apakah itu etnis Melayu, Tionghoa, ataupun India. Pada suatu masa di bulan Januari 2016, saya membawa tamu yang sangat spesial. Bukan orang sembarangan, dan saya pun tidak boleh sebut nama ataupun jabatannya.

Yang menarik adalah, ketika saya sampaikan bahwa tahun 2015 Malaysia juara dua untuk kunjungan wisatawan mancanegara, dia tidak percaya. Beliau berkata, Malaysia tidak seperti Indonesia dimana turis benar-benar datang untuk melancong, dan menghabiskan waktu lama untuk menjelajah dari Jawa – Bali – Lombok – Flores – Komodo (Bapak ini juga sudah berkali-kali ke Indonesia).

Malaysia adalah negara yang memang dijadikan pusat bisnis. Banyaknya orang luar ke Malaysia karena tujuan utamanya untuk berbisnis, tetapi oleh pemerintah itu juga dihitung sebagai pelancong. Beliau menyakini, bahwa sekitar 20 juta lebih wisatawan yang ke Malaysia tahun 2015 adalah mayoritas lebih untuk urusan bisnis. Karena sangat jarang sekali wisatawan bule yang terlihat di Malaysia. You may believe in me or not but this is my real experience. 

3.Singapura
Singapura juara 3? . Secara kuantitatif oke lah 15 juta wisatawan pada tahun 2015, tetapi pertimbangkanlah satu hal kawan-kawan. Turis Singapura adalah turis terbesar yang datang ke Indonesia khususnya 3 destinasi (Batam – Yogyakarta – Bali). Saya yakin, orang-orang Eropa yang transit ke singapura pun dihitung sebagai pelancong, dan masa tinggal mereka di negara kecil ini sangatlah singkat rata-rata 1 hari atau maksimal 2 hari. Berbeda dengan di Indonesia, kalau dari segi lama tinggal dan membelanjakan uang demi perjalanan , maka Indonesia lebih unggul.

Orang-orang Eropa, USA, dan negara-negara barat yang lain ketika mengunjungi Indonesia, itu lebih dari 2 minggu guys. Saya pribadi, membawa tamu Eropa paling minimal adalah 5 hari hanya Yogyakarta – Bromo – Surabaya. Itu setelah dari Surabaya, terbang ke Bali dan minimal 5 hari untuk bersenang-senang . Kemudian, lanjut ke Lombok selama 2-3 hari. Ini rute umum untuk para bule (selain Australia), belum lagi Flores dan Pulau Komodo atau Raja Ampat (cari sendiri dah infonya). Untuk data angka Indonesia memang kalah, tapi untuk kualitas dan length of stay Indonesia juara 3.


Kalaupun di Singapura  sampai 5 hari, mau ngapain disana? Singapura kebanyakan untuk transit saja bagi tamu-tamu bule. Walaupun ada city tour keliling Singapura, tapi bagi bule 1 atau 2 hari di Singapura adalah lebih dari cukup. Tidak ada yang banyak bisa dilihat di negara ini. Bagi bule, Universal Studio itu tidaklah wow. Alam, seni dan budaya Indonesia itulah magnet utama mereka.

4.Indonesia
Nah, giliran Indonesia. Tahun 2015 kemarin mampu menarik wisatawan mancanegara sebanyak 10,47 juta (BPS). Apa yang diucapkan oleh Pak Arief Yahya saat ATF 2016 di Manila itu memang benar, tidak usah gonta-ganti slogan tetapi fokus terhadap apa yang sudah dimiliki, yaitu “Brand Wonderful Indonesia”.

Perlu diketahui guys, Pak Arief Yahya ini adalah menteri pariwisata yang baru tetapi gebrakannya luar biasa dibandingkan menteri-menteri sebelumnya yang kurang gairah (dan malah ada yang tersandung kasus korupsi segala). Awalnya, saya antipati dengan beliau, tetapi saya terkejut karena beliau berhasil bekerja sama dengan Pak Rizal Ramli sehingga program 90 negara bebas visa dapat direalisasikan. Dia adalah satu-satunya Menteri Pariwisata yang berani dan optimis sepanjang sejarah Indonesia modern, dengan target 20 juta wisatawan mancanegara.

Kelebihan Pak Arief Yahya adalah dalam segi promosi luar biasa. Suntikan dana dari pemerintah untuk promosi memang tidak sedikit, dan sejauh pengamatan saya promosi yang dilakukan sangat efektif dan mengena. Film pendek tentang Wonderful Indonesia Culture & Heritage dan Wonderful Indonesia Diving (check on Youtube please) mendapatkan penghargaan internasional pada perhelatan “International Tourism Film Festival (ITFF) di Bulgaria ke-11 yang bertajuk “On the East Coast of Europe”.Masih prestasi yang lain dan terbaru, Wonderful Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan menyabet 3 kategori dari 6 kategori ASEAN Tourism Award (ASEANTA) 2016 di Manila, Filipina.

Adapun kategorinya adalah Best ASEAN Tourism Photo Agung Parameswara – Morning In Bromo, Indonesia. Kemudian, kategori Best ASEAN Cultural Preservation Effort Saung Angklung Mang Udjo, Indonesia, dan kategori Best ASEAN Travel Article The Perfect Wave – Colour Magazine, Garuda Indonesia. Ditambah lagi, Wonderful Indonesia juga memborong 3 penghargaan inovasi pariwisata di ajang UN-WTO (United Nation-World Tourism Organization) di Madrid, Spanyol.

Pamungkasnya, Wonderful Indonesia menyalip Truly Asia Malaysia di World Economic Forum (WEF) 2015 dalam Competitiveness Index, Indonesia naik dari tak ada ranking ke nomor 47, sedangkan Malaysia bertengger di posisi 96 dunia.


 (Picture is taken by Raphael Leiteritz from Switzerland)


Apa sih guys yang tidak dimiliki oleh Indonesia? Di Pulau Sumatera ada Danau Toba dan keindahan negeri Minangkabau menjadi pesona, di Pulau Jawa adalah surga untuk shopping, wisata gunung, wisata alam, wisata candi seperti monumen budhis terbesar di dunia yaitu Borobudur (UNESCO), dan Prambanan sebagai candi hindu terindah di dunia (UNESCO), Bromo yang spektakuler, Semeru dan Kawah Ijen yang mampu membuat siapapun terpana.

Di Pulau Bali merupakan surga terakhir dimuka bumi, Kepulauan Gili dan Lombok yang Indah, Tana toraja yang memukau ribuan turis dengan tradisinya, Flores yang mengagumkan dengan Kelimutu dan Wae Rebo-nya, Komodo yang tidak ada duanya di dunia, Raja Ampat yang bergelar “the richest marine biodiversity in the world”, Maluku dan Ternate dengan alam pesisir dan gunungnya, Kalimantan dengan wisata Konservasi Orang Utan-nya, serta Sulawesi dengan Bunaken dan Wakatobi -nya. Destinasi Indonesia adalah yang paling beragam dan kaya dibandingkan negara –negara ASEAN yang lain.

Tidak ada alasan untuk pesimis. Tidak ada gunanya itu. Bekerja dan bekerja sebaik mungkin, khususnya sebagai seorang pemandu saya selalu fair dalam hal promosi. Walaupun saya spesialis di Pulau Jawa dan kadang-kadang Bali tetapi saya selalu bilang kepada tamu, bahwa Indonesia tidak hanya Bali dan Jawa.
 
Video "Wonderful Indonesia" selalu saya promosikan ke setiap tamu tanpa terkecuali. Wajib hukumnya bagi seorang pemandu. Adapun kelemahan pariwisata kita adalah infrastruktur, tetapi ini sedang diperjuangkan oleh pemerintah (sabarlah kawan-kawan). Kemudian, belum terintegrasinya pariwisata kita merupakan kelemahan yang lain.

Tetapi, ada niatan baik dari pemerintahan sekarang untuk pariwisata kita dibandingkan pemerintahan sebelumnya, sehingga optimis dan berbuat semaksimal mungkin adalah suatu keharusan. Apa yang Trinity tuliskan bahwa program pariwisata Indonesia masih mengambang memang benar, sehingga dengan tulisan ini saya berharap Pak Arief Yahya semakin semangat untuk terus memperbaiki apa yang kurang. Kalau untuk segi promosi sudah bagus dan harus terus ditingkatkan.

"Wonderful `Indonesia" harus tetap dipertahankan. Bagi saya, dengan segala potensi wisata Indonesia yang ada, sangatlah mungkin Indonesia akan mengalahkan Thailand walaupun membutuhkan waktu tidak sedikit. Tetapi, harapan itu ada. Sangat ada, dan sangat-sangat mungkin.

(bersambung)

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Nice info bang. Salam dari Jogja!

Ditunggu kunjungan baliknya di: http://hbima.wordpress.com

Yoga Efendi (Tour Guide) mengatakan...

Terima kasih Mas Bima. Iya nanti tak mampir. Podo wong Jogjane too

Ikrom Zain mengatakan...

Terimakasih infonya mas
Yang penting tetap semangat untuk kemajuan pariwisata negeri kita ya.

Yoga Efendi (Tour Guide) mengatakan...

Okay Mas Ikrom. Terima kasih banyak atas support nya. ^_^

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...