Minggu, 24 Desember 2017

Kado Natal untuk Trinity "The Naked Traveler"



Musim ramainya turis asing di Jogjakarta tu musiman. Paling ramai itu mulai bulan Juni – November, dan setelahnya mulai menurun. Dimusim high-peak tersebut bisa dipastikan para guide di Jogja (Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Korea, Spanyol) super sibuk! Saking padatnya terkadang hampir tidak ada waktu untuk istirahat. Ampun pokoknya!  Gak kalah sibuknya dengan para artis sinetron striping. Serius lho! Nah, memasuki bulan Desember bisa bernafas lega, seleganya ngemut permen menthol!

Jadi, itulah kenapa sejak tulisan terakhir dibulan Juni, saya baru bisa nulis lagi. Karena, bulan-bulan kemarin otak saya buntu! Melayani turis mancanegara itu perlu perhatian khusus dan enerji ekstra,  sehingga waktu malam hari hanya bisa digunakan untuk istirahat sebentar. Alhasil, blog saya yang ala-kadarnya ini ( www.yojalan-jalandab.blogspot.com ) terlantar! Duh, memang susah banget ya konsisten itu. Maksud hati kalau bisa 1 bulan minimal 1 tulisan tetapi apa daya. Saya tahun ini gagal konsisten!

Nah, yang saya sebel sama diri saya sendiri…kenapa sih inspirasi dan hasrat menulis selalu muncul ditengah malam! Seperti sekarang ini waktu menunjukkan jam 2 dini hari! Sangat mengganggu jam biologis saya. Begadang-lah jadinya. Padahal ngantuk tetapi tidak bisa tidur. Dan, inspirasi menulis saya kali ini adalah Trinity! Why? I don’t know! Sekelebat datang begitu saja dipikiran saya dan tidak bisa hilang! Sehingga satu-satunya cara harus “dilampiaskan” dalam bentuk tulisan. 

Jadi begini poro sedulur, guys, bro and sis! 2 hari yang lalu saya baru memborong buku “Trinity the Naked Traveler: Across the Indonesian Archipelago” di official building-nya PT.Bentang Pustaka di Plemburan, Sleman, Yogyakarta. Lah saya ini tinggal di Sleman, ya tentu saja saya sering lewat dan beli buku disini. 

Saya sudah cari di Toko Buku Toga Mas, Gramedia tetapi sudah habis! Saya tunggu-tunggu kok edisi bahasa Inggris-nya gak diterbitin ulang ya? Padahal saya “demen” banget! Mana saya nunggunya sejak tahun kemarin lagi.

 Andrea Holetzki, salah satu tamu spesial yang saya beri hadiah buku Trinity

Dapat kabar dari “yayang” kalau masih ada beberapa buku Trinity yang edisi bahasa inggris. “Mau beli gak?” pesannya via Whatsapp. “Ada berapa? Ambil semuanya!”. Bukan maksud pamer yaa…tapi saya sangat memerlukan buku ini untuk kado bagi para klien “spesial” yang saya layani. Sebagai professional guide yang berlisensi resmi , saya kadang-kadang melayani tamu-tamu VIP dan VVIP seperti Owner Travel Agent dari Eropa, USA, dll. Mereka sangat apresiasi sekali apabila guide “pengertian”. Apalagi ditambahi dengan niat yang tulus! 

Sudah beberapa kali saya memberi kado buku Trinity untuk para tamu dan semuanya suka! Sangat jarang lho penulis Indonesia bisa “Go International” dan memang karya-karya Trinity sangat layak diapresiasi. Trinity terus menginspirasi banyak orang untuk melakukan perjalanan. Lalu , saya teringat akan film Trinity The Nekad Traveler yang dirilis pada tanggal 17 Maret 2017 lalu. Pemilihan tanggalnya cantik tetapi bagaimana dengan perolehan penontonnya?

Poster film Trinity The Nekad Traveler

Saya sedih,  The Nekad Traveler tidak cukup berhasil. Sebenarnya film ini termasuk bagus dan saya enjoy kok saat menontonnya. Bukan film “picisan”. Pemilihan setting-nya maknyuss! (meminjam istilahnya Alm.Pak Bondan Winarno), di Indonesia - Filipina – Maldives - Maladewa! Kurang keren apa coba? Pemilihan bintangnya cantik-cantik dan ganteng (minus Babe Cabita). Wajah-wajah yang “menjual”. 

Saya yakin bujetnya besar walaupun saya “utek-utek” Mbah Google tetap tidak menemukan berapa dana yang digelontorkan untuk membuat film ini. Promosi juga cukup gencar! Bahkan di www.naked-traveler.com sering disinggung tentang proyek filmnya. Jadi, apa yang salah? Sehingga perolehan penontonnya sangat-sangat jauh dari harapan? Jelas, film ini dibuat dengan “niat”! Tetapi memang, harus saya akui bahwa untuk “plot holes” cukup banyak bertebaran dan beberapa adegan “agak dipaksakan”. Film ini hanya ditonton oleh 92.183 orang saja (www.wikipedia.com)! What the?

Kalau saya jadi Trinity tentu saya juga cukup kecewa dengan hasilnya. Tetapi coba cek Instagramnya Trinity! Dia tetap terus jalan-jalan. Hebat! Buku-bukunya tetap bertengger di Gramedia (saya sering ke Gramedia jadi saya tau). 

Melihat foto-foto traveling-nya di Instagram saya pun mupeng!  Tahun lalu saya ke Malaysia dan Thailand, sedangkan tahun ini yang pure jalan-jalan adalah ke Bali dengan keluarga. Tahun depan saya bimbang antara Kamboja atau Taiwan. Semakin mupeng, karena Trinity barusan jalan-jalan ke Taiwan! Aarrgghhh!!! 

“So, Trinity wherever you are please keeps traveling! As your fan (not fanatic and lunatic by the way…so don’t worry) I just pray for your health and success, and Merry Christmas for you in 2017! Merry Christmas for all Christian in the world! Let’s give our best in goodness for human kind. Spreading the compassion for everyone and hatred for none.”   


Selasa, 19 Desember 2017

Damn! I miss traveling abroad!




Kek Lok Si Temple, Pinang Island - Malaysia (memori 2016)
Entah sudah berapa bulan saya tidak menulis. Setelah membaca tulisan perjalanan di www.ngrumangsani.wordpress.com , saya terinspirasi ingin menulis lagi. Perjalanan Ofie Wahyudi (teman baik saya sesama profesi) ke Nepal yang seru dan nekad, membuat otak saya terstimulasi. Membuat jiwa petualang saya “terbakar”. 

Jujur yaa…buat saya perjalanan keluar negeri itu selalu menarik, semenariknya jalan-jalan di dalam negeri. Kalau di negeri sendiri, saya bisa pergi kapanpun saya mau selama tidak ada job. Apalagi sebagai seorang guide, pengetahuan dan wawasan serta pengalaman travelling merupakan hal-hal yang harus ditingkatkan, khususnya luar negeri. Biar tidak seperti katak dalam tempurung. Itu menurut sayaaaa….

Apa yang dilakukan oleh Ofie teman saya, sangatlah patut diacungi jempol. Inilah idealnya seorang guide yang juga sejatinya seorang petualang. ASEAN hampir khatam! Tinggal Brunei Darussalam saja yang belum. Good job Ofie! Well, sesama petualang dan pemandu wisata, saya salut akan perjuanganmu melihat indahnya dunia. Uang bisa dicari, tetapi kamu sudah berhasil melakukan apa yang selama ini kamu idam-idamkan. 
Petronas Twin Towers, Kuala Lumpur - Malaysia (memori 2016)


Saya memang agak idealis. Bagi saya idealnya guide tidak hanya menguasai “kandangnya” sendiri tetapi memiliki “curiosity” lebih, karena Indonesia sudah mulai memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kalau merasa puas dan tidak berusaha meningkatkan kualitas diri, maka kedepan akan mendapatkan kesulitan. Well, ini sebagian yang saya pikirkan sih dan para pembaca tidak wajib mengamini hal ini. Ini hanyalah opini pribadi dan setiap orang punya cara pandangnya masing-masing. I don’t judge people

I really really miss traveling abroad! Karena kalau jalan-jalan di dalam negeri sudah sangat sering saya lakukan. Saya selalu bilang ke tamu-tamu yang saya layani bahwa “when I am serving the clients that is not a job! But I am traveling together with them”. Ya ini filosofi saya. Memang guide itu suatu profesi, tetapi dengan filosofi ini akan sangat berbeda rasanya didalam menjalani setiap proses melayani tamu dari satu destinasi ke destinasi lainnya. Kamu hampir tidak akan merasakan seperti suatu pekerjaan! Dan, saya mengalami sendiri hal ini. Karena filosofi inilah, saya menikmati setiap proses pekerjaan yang ada. 


 The Sleeping Buddha Statue in Wat Pho - Thailand (memori 2016)

Sudah 2 bulan terakhir otak saya digoda oleh penerbangan tiket-tiket murah oleh www.airasia.com . Dan? Asyem! Saya memang tergoda, tetapi ada hal-hal besar yang harus saya utamakan. Dengan uang yang saya tabung sampai saat ini, saya berharap bisa jalan-jalan kemanapun yang saya mau untuk lingkup Asia Tenggara dan Asia Timur atau Asia Selatan. Air Asia ini sangat hebat pemasarannya. “Everyone can fly” tidak menjadi slogan kosong tanpa makna. Karena maskapai penerbangan inilah, saya bisa menjelajahi beberapa negara.

Perjalanan saya tahun-tahun sebelumnya selalu ditemani oleh seorang sahabat. Sejujurnya, saya ingin sekali melakukan perjalanan seorang diri (Solo Traveler) keluar negeri. Bertemu dengan orang-orang baru di negeri asing yang berbeda budaya dan bahasa selalu membuat saya semangat. Membuat jiwa saya lebih hidup. Karena hidup ini singkat, padahal dunia ini begitu indah. 


 Omar Ali Saifudien Mosque, Bandar Sri Begawan - Brunei Darussalam

Sampai saat ini, baru 3 negara yang sudah saya jelajahi dengan cukup lama yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Karena saya suka dunia percandian, nampaknya Kamboja akan menjadi tujuan saya berikutnya. Tetapi, sempat terpikirkan untuk mencoba rute yang menantang seperti Luang Prabhang – Vientiane – Hanoi  - Halong – Hue – Danang – Da Lat – Nha Trang – Saigon – Phnom Phen – Siem Reap. Rute gila! Saya pikir 2 minggu cukup tetapi ternyata tidak karena saya tipe traveler yang tidak bisa “rush through” dalam berpetualang. 


 Wat Rong Khun aka The White Temple, Chiang Rai - Thailand 

Harapan saya tahun depan bisa melakukan perjalanan minimal 1 negara. Semoga ada rizki tidak terduga, sehingga bisa traveling lebih dari 1 negara. Nampaknya saya harus lebih yakin bahwa rizki itu sudah ada yang mengatur. Keyakinan memang akan mempengaruhi jalannya rizki kita. Keyakinan yang disertai usaha dan doa tentunya. 

Senin, 12 Juni 2017

ABOUT “BOROBUDUR (BHUMI SAMBHARA BUDHARA)”

Borobudur from the sky (https://www.lonelyplanet.com/indonesia/java/borobudur)
As a guide from Yogyakarta, I’ve been visited this magnificent Buddhist monument many times together with my clients or Travel Agent’s clients, because Borobudur is top destination in Java. It is famous temple among local tourists, Asian tourists, European tourists, American tourists, and etc. And, as a local guy who lives near this amazing UNESCO World Heritage Site, I am so proud of it. Really really proud!
Well, before you come to Borobudur please read the general information below:
FACTS
Name : Candi Borobudur (Present) or Bhumi Sambhara Budhara (Past)
Location : Borobudur Village, Borobudur sub district, Magelang Regency, Central Java Province,  Java Island, Indonesia.
Founder   : Syailendra Dynasty
Architect : Gunadharma (from India)
Timeline
· 750 – 825 : The project of Borobudur
· 1815 : Found again by local people in Thomas Stamford Raffles’ Regime (The Governor of British Indie Company and The Governor of Java at that time between 1811-1816)
· 1907 – 1911 : The 1st restoration by Theodore van Erp (from Netherland)
· 1973 – 1983 : The 2nd restoration by UNESCO and The Government of Indonesia
· 1991 : UNESCO World Heritage Site no. 592
· 2012 : World’s Largest Buddhist Archeological Site (Guinness World of Records)
Structure and Architecture
· 60.000 m3 lava stones, 123 m x 123 m (the dimension of foundation), 34,5 m (height)
· 10 floors (6 squares, 4 rounds), 504 Buddha statues (432 inside of niches and 72 inside of Stupas).
· 1 Giant Stupa and there are 2.672 the relief of panels (1.212 decorative reliefs and 1.460 story reliefs). From 1460 story of reliefs there are 160 reliefs about Mahakarmawibhangga, 720 reliefs about Jatakamala/Awadana, 120 reliefs about Lalitawistara, and 460 reliefs about Gandawyuha.
It is amazing, isn’t it? This awesome temple was attracting millions of tourists from local and foreigners every year! Many famous people from around the world have been here such as Che Guevara (Sukarno Era), Nehru and Indira Gandi (Sukarno Era), Richard Gere (He is Buddhist by the way), Prince Charles, David Beckham, Mickey Rourke (The Wrestler & Iron Man 2), Kellant Lutz (Twilight Saga), Prince Akishino of Japan, Princess Mahacakri Sirindorn of Thailand, Mark Zuckerberg (CEO Facebook), Prince Haakon and Crown Princess Mette Marit of Norway, and etc.
Princess Mahacakhri Sirindorn of Thailand with her students (www.thejakartapost.com) 
Although Borobudur (8th Century) is about 300 years older than Angkor Wat of Cambodia (11th – 12th Century) but Angkor has bigger size. You have to understand that Borobudur is not a palace or city of temples like Angkor. They have different functions (mostly). Borobudur was a Buddhist Mecca at that time (especially in Southeast Asia), a sacred place, meditation centre, and a study centre. 
 Borobudur Sunrise, famous attraction
Borobudur is just like open library as a source of knowledge, philosophy, science, construction, and architecture.Java had great civilization at that time. Then Angkor Wat was a palace, a city of temples, centre of power, also for praying and offering. The last, Angkor Wat was Hindu palace also. For me, Borobudur and Angkor Wat are all great and magnificent.
Richard Gere in Borobudur a few years ago (https://eightbspezharpalu.wordpress.com/2011/06/27/richard-gere-batal-naik-gajah-di-borobudur/)
I know, visiting Angkor 1 day is not enough and to be honest if you come to Borobudur is the same, as long as you are travelling here not for selfie or taking photos only. If you learn and listening carefully from your guide in Borobudur, exploring the temple and the surroundings, 1 day is not enough! So all are depends on our perspectives my friends. That is why, for me both temples (Angkor and Borobudur) are great! I love both!
Mark Zuckerberg, CEO of Facebook (https://en.tempo.co/read/news/2014/10/13/240613786/Zuckerberg-Visits-the-Borobudur-Temple)
You are absolutely must come to my hometown Yogyakarta and visit Borobudur. You must visit Bhumi Sambhara Budhara minimum once in your lifetime. Borobudur is a kind of prove to young generation if Java was the land of Buddhism long time ago.

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...