Minggu, 25 November 2018

JALAN-JALAN KE HO CHI MINH CITY (PART I)


Hello Good Readers! Here I write another story about my journey in Cambodia – Vietnam last month. My time was short in this city (Saigon), but I enjoyed the trip.  It was so memorable. You may use my strategy to explore the city.
 
Before reading, please use a translate feature on my blog and choose a language you like. You may follow my Instagram : https://www.instagram.com/yoga.efendi/ and don’t forget to use hash tag #yojalanjalandab . I will give a prize (Travelling Book) for the best photo. Good luck! 

   Vietnam adalah negara kelima yang saya kunjungi. Saya lewat jalur darat dari Phnom Penh ke Ho Chi Minh City (sekitar 6-7 jam perjalanan) dan sudah membeli tiket via online disitus resmi Giant Ibis Transport. Tidak mahal kok! Perjalanan bis yang cukup menarik walaupun tidak spesial. Hanya ingin melihat suasana yang berbeda saja.  
Giant Ibis Transport (Phnom Penh – Ho Chi Minh City) was quite disappointed! Wifi was trouble, charge was broken, the bus didn’t pick me from my guesthouse (RS Guesthouse), and no confirmation to my email. It was suck management! But, the route from Siem Reap to Phnom Penh (Sleeper Bus) was excellent! You may check my review on Trip Advisor. So, what’s wrong Giant Ibis? 

Di website tertulis bahwa akan ada penjemputan gratis dari pihak bis, jika menginap di hotel-hotel atau guesthouse maupun homestay yang bekerjasama dengan Giant Ibis. Namun itu semua bullshit! There is something wrong with Phnom Penh’s management. Apa mau dikata? Karena bus tidak kunjung datang, saya menyewa Rmok untuk mengantarkan saya ke Giant Ibis Terminal. USD 3 terbang cuy!
Lumayan!
Sekitar jam 08.00 AM, bis berangkat! Saya dan para penumpang lain dapat mineral water dan roti cokelat (lumayan). Dan, perjalanan berjam-jam saya nikmati sampai tak terasa hampir mendekati perbatasan Vietnam. Wahh!! Ternyata banyak sekali kasino bertebaran. 

Sebelum ke perbatasan, crew menyarankan untuk makan siang dulu di restoran yang tentu saja bekerjasama dengan Giant Ibis Transport, sehingga mereka bisa dapat makan siang gratis. Paham lah saya! Hal ini lumrah! Sebagaimana dulu ketika saya naik bis dari Jogja ke Sumatera dengan bis Putra Remaja. Polanya sama. 
Pho (Vietnamese Beef Noodles Soup). 
Saya tidak keberatan dan memang sudah waktunya makan!  Well, very good choice! The restaurant was big, clean, and so delicious food! It was connected also with Prestige Duty Free for shopping. Sejujurnya, selama di Kamboja saya tidak pernah makan nasi! Why? Gak nafsu! Tetapi mie kuah Kamboja itu enak sekali! Dan di restoran ini, lagi-lagi saya order Pho (Vietnamese Style). So delicious!
 Yeah!
Saya gak bohong. Rasanya enak sekali dengan irisan daging sapi yang cukup besar dan lumayan banyak! Slurrruuuppp!! Minumannya? Angkor Beer! Dingin pulak! Nikmat mana lagi yang mau kau dustakan? Puas!! 
You need Vietnam Dong for buying stuffs!
Saya gak munafik. Saya minum bir, tetapi tentu tidak setiap hari. Di Yogyakarta, selama setahun tidak lebih dari 10 kaleng saya minum bir. I am not an alcoholic person! . Setelah kenyang, semua penumpang akan dibantu oleh crew bis dan akan diarahkan ke immigration border. Gampang! Proses gak ribet! In this case, the crew of Giant Ibis Transport was so helpful. 
Border (Cambodia - Vietnam)
 Setelah melewati perbatasan, di dalam hati saya bergumam “Xin Cao Vietnam! I am coming baby!”. Perjalanan yang memang sesuai gambaran saya selama 2 tahun terakhir. Pemandangan yang saya lihat dari Phnom Penh – Kamboja ke Ho Chi Minh City umumnya berupa sawah ladang, sungai Mekong, jembatan, perkampungan di pinggir sungai seperti di Kalimantan atau di Palembang. Persis!  
Orang-orang pada jualan buah di pinggir jalan, jualan rujak, toko kelontong, jualan bensin. De javu? Yes! Exactly the same like countryside views in Sumatera Island, Java Island, or Borneo Island. Same developing country! So, for me I was not surprised!
Bis juga berhenti untuk memberikan kesempatan kepada para penumpang ke toilet.  Dan, akhirnya sampai juga di Ho Chi Minh City, Distrik 1, didepan agent Giant Ibis Transport. Mantap! Tetapi yang bikin pusing dari Vietnam adalah minimnya keterangan dalam Bahasa Inggris. Saya tetap tenang dan tidak menunjukkan wajah keragu-raguan (bahaya tauk!).
Mendoan? How do you pronounce that?
 Saya jalan sebentar cari Coffee Café yang tidak jauh dari Giant Ibis, di bahu jalan yang sama. Dengan percaya diri saya masuk dalam hotel (Café-nya di dalam) pesen Ice Coffee Vietnam (no sugar, no condensed milk), minta password wifi, and browsing coy!! By the way, Ice Coffee-nya enak guys! Ternyata yang saya minum ini dari merk kopi paling terkenal dan paling besar di Vietnam, Trung Nguyen Legend. Pantes! Kualitas beans - nya bagus sekali.  
Trung Nguyen Legend Coffee, Very good! 

 Ini pelayan café  kayak Agnes Monica! (Tetapi lebih cakep yayangku lah!). Hal ini sangat berbeda dengan Kamboja yang cewek cantiknya jarang. Mereka ada darah Chinese tetapi tidak sipit, malah agak besar matanya. Jadi menurut saya, campuran lah. Kemungkinan besar percampuran antara etnis Champa dengan etnis China Selatan.  Sotoy!

Vietnam jaman dahulu khususnya di bagian tengah - selatan ada suatu kekaisaran Hindu yang disebut Champa. Sedangkan Vietnam utara itu merupakan wilayah koloni kekaisaran China yang terkenal dengan sebutan, Kerajaan Dai Viet. Jadi, Vietnam modern itu ya orangnya campur-campur ala Gado- Gado. Gak beda jauh dengan Indonesia pada umumnya. 
Amazing! Thanks OYO 101 Saigon Hotel! Only for me!

Setelah berbasa-basi dengan Agnes Monica KW untuk nanya seputar distrik 1, maka saya memutuskan untuk jalan kaki ke hotel. Capek! Mau mandi dan istirahat sebentar. Hotelnya, OYO 101 Saigon. Murah! Lewat www.booking.com kita bisa memesan tanpa membayar. Bayarnya di lokasi saja Dab!. Jika kita seorang kontributor, kita bisa mengirim pesan. Siapa tahu kamar di upgrade. Dan, memang iya! He, he. Gila! Ada bathtub-nya segala!  
Oh My Gosh! Wow isn't?
Ya bisa ditebak, saya mandi sampai 1 jam di bathtub, nonton saluran TV lokal ala sinetron Indonesia, minum Teh Lotus yang disediakan dikamar, dan santai dulu Dab! OYO 101 Saigon Hotel ternyata haru 2 bulan berdiri dan resepsionisnya ramah (namanya Kim Nguyen) serta bahasa inggrisnya bagus! Dan cakep juga. Pantesan saya membaca banyak tulisan bule-bule pada betah traveling kemari. 
Joss!
Saya dikasih peta Ho Chi Minh City, dapat penjelasan soal distrik 1 yang memang paling terkenal seantero kota. Well! Very  good hotel and amazing service! So, OYO 101 Saigon Hotel is strongly recommended by me. Sejauh ini perjalanan saya lancar-lancar saja. Great!
OYO 101 Saigon Hotel from outside looks small but inside is wow
Kemudian saya jalan-jalan keluar hotel dan mampir di convenient store lokal yang para pegawai kasirnya cakep-cakep! Disini pada bening-bening yak! Mungkin hanya saya saja ini yang kulitnya eksotis. Wakakakaka…prett. Saya beli roti dan air mineral untuk bekal. 
My dinner, Instant Pho! 
Setelah berjalan selama 1 jam, perut mulai keroncongan. Saya mampir lagi ke convenient store (Family Mart) lokal dan beli Pho Instant serta langsung seduh! Makan ditempat. Enak coy! By the way, ada Indomie Goreng juga lho disini tetapi ngapain jauh-jauh ke Vietnam makan Indomie? Kurang kerjaan. 
Wow traffic!
 Setelah dinner, saya  mencoba menyebrangi jalan besar bersama warga lokal. Sesuai rumor. Disini traffic-nya sungguh kurang ajar! Semrawut dan lebih parah dari Jakarta.

(To be Continued aAKA Bersambung to Part II)

My YouTube Channel : https://www.youtube.com/watch?v=fyfXMm_KM84 (Crazy Traffic in Saigon) 

Sabtu, 10 November 2018

TRAVELING KE ANGKOR WAT (PART IV - END)


Hello good readers! Please open the links below before you read “Traveling ke Angkor Wat (Part IV – END)”:

Note : Don’t forget to use “Translate Feature” on my blog and choose a language you like (more than 100 languages, including Japanese – Korean – Khmer – Thai – and so on). Thank you so much!
After exploring Angkor National Museum in Siem Reap – Cambodia, I walked to the Wat Bo where located in the south of Happy Guesthouse (my accommodation). Wat Bo is the second biggest Buddhist monastery in Siem Reap and one of the important monasteries in a whole country. 
The architecture is so incredibly unique between Ancient Khmer - Angkorian and Post Angkorian styles with impressive ornaments of a little bit Hindu – more Buddhist symbols. So quite monastery and no tourists! Just me, monks, and local people outside of the monastery. I was so tired and relaxed a while on the seat, in front of the main building. 
www.tripsavvy.com  
Karena saya terbiasa memasuki Wat di Thailand saat traveling pada tahun 2016 silam, saya tidak rikuh ketika bertemu biksu. Untuk menghormati para Biksu (Bikkhu)  atau “Bhante” , cukup lakukan gesture “Wai” kalau istilah Thai-nya atau “Anjali” dalam istilah India-nya. Di Indonesia juga banyak yang melakukan gesture ini tetapi saya tidak tahu istilah yang tepat itu apa. 

Setelah puas mengelilingi Wat Bho, saya kembali ke Happy Guesthouse untuk mandi dan istirahat. Kemudian jam 05.30 PM, Pak Tan Sok Met menjemput saya untuk menuju Amazon Angkor. It’s time for cultural performances! Oh My Gosh! Sepanjang perjalanan menuju Amazon Angkor, begitu banyak bis, motor, Rmok dan mobil berlalu lalang! Macet guys!
Ternyata lumayan jauh juga tempatnya. Akhirnya sampai juga setelah hampir 20 menit terjebak kemacetan. Saya lapar sekali dan langsung diarahkan oleh pelayan. I love buffet! Saya mendapat tempat duduk istimewa yang berada paling depan sisi kanan panggung, dekat dengan para pemain musik. Yes! Thank you Pak Tan Sok Met! 

Wow! Beberapa makanan yang tersedia begitu familiar seperti Agar-Agar (namanya sama dengan di Indonesia), Num Popeay (sejenis Jadah bulat dengan toping bubuk kacang), Banh Chanoeuk (Bubur Kacang Hijau), Keripik Taro, Amok (sejenis Pepes Ayam), tumis-tumisan, dll. 
Tetapi yang paling saya suka adalah Cambodian Fish Balls Noodles! Oh my Gosh, so delicious! I knew there are so many delicious Indonesian, Malaysian, and Thailand noodles but the noodles here had so different taste! 
The concept in Amazon Angkor is showing to the tourists about The Royal Apsara Ballet and a few folk dances original from Cambodia. The show is about 90 minutes and very worth it to enjoy. Personally, I loved the Apsara Ballet because of elegant, glamor, and slow movements. 
The Apsara Ballet reminds me with Ramayana Ballet from Yogyakarta. The movements have same “taste” with the Javanese traditional dances especially from Solo and Yogyakarta. But, for the costumes looks like Balinese (luxury and glamor). 
The music instruments are just some guys. The most interesting thing is the circle gongs (Kong Thom) because “Gongs” also very important instruments in Javanese – Balinese – Sundanese Gamelans. But the styles, shapes, and sizes are different with Kong Thom.  The other instruments are Xylophone (Roneat Ek) and 2 Khmer Drums (Samphor and Skor Thom). 
Saya tidak bisa menari tetapi saya suka pertunjukan tari. Saya tidak bisa memainkan alat musik tetapi saya suka  dengan pertunjukan musik. Saya puas sekali dengan aktivitas yang saya jalani untuk hari pertama di Siem Reap ini. Sangat puas meskipun lumayan banyak keluar uang , namun demi pengalaman? No Problem!

The next day was the second day in Siem Reap and I was ready for Angkor Wat Sunrise! My next Rmok driver at that time was Mr. Sofa Aladana, a Muslim. After chit chats a little bit, we went to the ticketing area and of course so many tourists! Famous destinations in the world are always having so many travellers. I am not complaining!. But, the building here had so many plastics outside! But again, I understood.  
Bayon Temple (www.trover.com)
Setelah tidak terlalu ramai mengantri (karena saya datang paling awal), kami langsung ke Angkor Wat. Sebelum masuk, petugas akan memeriksa karcis. Jadi, tidak boleh sampai hilang ya! Karcis seharga USD 37 ini untuk 1 hari dan bisa kita gunakan untuk mengeksplorasi Taman Arkeologi Angkor yang termasuk Angkor Thom (termasuk Bayon didalamnya), Ta Phrom, Ta Keo, Banteay Kdei, Sras Srang, serta candi-candi di Roluos. 

Kami sampai di depan Angkor Wat, tepatnya di area parkir. Saya dan ratusan turis lainnya (yang nanti menjadi seribuan) berjalan dalam gelap, melintasi jembatan untuk melewati kanal air yang melingkari candi ini. Lalu kami memasuki pelataran pertama Angkor Wat yang berupa dinding besar. Tiba-tiba ada para remaja berteriak. 
“Breakfast! Brreakfast!” begitu guys. Masih gelap begini nawarin sarapan? . Di dalam Angkor Wat boleh tho nawarin makanan ke para turis? Saya baru tahu. Saya tidak mendapatkan informasi perihal ini di banyak tulisan internet. 

“No, thank you!” saya tolak secara halus. Kemudian, saya memasuki pelataran kedua yang lebih luas. Bersama dengan traveler lain kami memilih stand by disisi kiri depan pelataran inti Angkor Wat yang ada kolam teratainya. Sisi kanan bagi saya tidak menarik “angle of photography”-nya. Lalu 1 orang dewasa beserta remaja dan sebagian anak-anak menghampiri para turis dan berteriak lagi dengan nada yang lucu. 

“Breakfast! Brrrreakkkfastt! Here sir! (ngasih menu) Order brrrreakfast in Angkor Whaaaattttt!!!!” Sontak semua turis ketawa. Banyak yang acuh tak acuh, tetapi ada juga yang merespon.
“Not now” kata si Bule.
“For later Sir! Over there! (sambil nunjukin warung makan disamping kolam!). My name is Spiderman! Please later mention Spiderman!!” marketing yang sangat unik dan ganjil. 

Saya mengamati remaja dan anak-anak yang lain melakukan hal serupa, hanya saja namanya lain-lain. Ada yang pakai nama Superman, Captain America, Batman, dan lain sebagainya. 
Borobudur, Java Island - Indonesia
Saya tidak tahu harus senang atau sedih melihat hal itu. Dulu, di Borobudur banyak juga para pedagang asongan yang jualan dekat candi tetapi semua sudah tertata dengan baik hampir lebih dari satu dekade. Borobudur sekarang lebih tertata dan anak kecil tidak boleh jualan, hanya orang dewasa saja. Yang sedikit mengganggu pemandangan adalah beberapa pengemis yang mangkal dipintu keluar dekat area parkir. Itu saja.

Saya rasa, perlu waktu bagi manajemen Angkor Wat untuk bisa melakukan hal yang sama. I don’t judge! I knew Cambodia has problem about poor people and so on. 
 Then, Oh My Gosh! So cloudy! Saya melihat banyak turis (mungkin) kecewa karena setelah hampir 1 jam menunggu, matahari tidak kunjung terbit. Puluhan wisatawan memutuskan memasuki pelataran utama yang dianggap paling suci. Lalu, menjadi ratusan dan kemudian hampir seribuan. Tetapi saya dan sebagian kecil traveler masih menunggu dan wowwww! 
Perlahan namun pasti, matahari muncul dan semburat cahayanya membuat langit Angkor Wat saat itu tersiram guratan kuning emas yang indah dan mendamaikan jiwa. Untaian siluet yang saling kait-mengait membuat pagi begitu dramatis. Kemudian, dengan refleksi cantik dari kolam teratai maka saya dapat mengabadikan banyak foto-foto mengagumkan. Cieee….sok puitis!!
The secret of Angkor Wat Sunrise is patient, momentum, season, and luck. At that time I was so lucky because believe me, nature is nature. Nature is unpredictable sometimes, same like Borobudur Sunrise in Java Island – Indonesia. I came to Angkor Wat was not for sunrise but for the temple! And, The Creator of Universe gave me surprise! So, this is my last article about “Traveling ke Angkor Wat”.
 Later, I will make a special article and brief description about the detailed of this temple. A magnificence temple was built by King Suryavarman II in the early of 12th Century and dedicated for God Visnu, one of Trimurti Gods in Hindu Mythology.  

Thank you so much for reading my stories and please share the link to your Social Medias, my good readers! Please comment if you want. Please share if you like and please wait my next article. Please follow my Instagram.  


Expense (Day 1 and Day 2) in Cambodia:
1. Transfer in by Rmok to Happy Guesthouse : USD 9 + USD 1 (Tip)
2. Happy Guesthouse (spring bed + shower + fan) : USD 8   
3. Brunch (Breakfast Lunch + Drink) : USD 4
4. Royal Apsara + Dinner + Rmok Service PP : USD 16
5. Angkor National Museum : USD 12
6. Beli Buku tentang Angkor Wat : USD 10
7. Mineral water (2 botol) : USD 2
8. Tissue Basah + Deodoran kecil Nivea : USD 2.50
9. Souvenir Magnet Exclusive (2) : USD 3
10. Beer Angkor 2 kaleng : USD 3.50
11. Rmok Service 1 Day + Tip+ cold mineral water : USD 30 + USD 6 (Tip)
12. Brunch in Angkor Wat area : USD 6
Total : USD 108

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...