Kamis, 14 Januari 2016

Hikmah Bertemu Trinity "The Naked Traveler” di Candi Prambanan



Sebagai seorang pemandu wisata khusus asing (kadang-kadang melayani domestik juga), saya pernah melayani beberapa klien yang di Eropa sono, sangat terkenal. Sebut saja Boss Jaguar, Boss perusahaan kaca asal Belanda, dan salah satu Boss Google dari Switzerland (Swiss). Diantara mereka ada yang ramah, ada juga yang menyebalkan. Tetapi , entah mengapa selama membawa tamu domestik, saya belum pernah mengalami kejadian serupa. Padahal kan pingin. 

 Kayaknya asyik gitu lho, bisa jadi cerita tersendiri. Teman baik saya pernah membawa Aming yang katanya nice dan baik, sedangkan teman-teman yang lain pernah juga membawa beberapa artis ibu kota dengan segala suka-dukanya. He he. Bisa dimengerti, sangat jarang artis menggunakan jasa pemandu wisata. 

Mayoritas cukup rental mobil + sopir, atau menghubungi teman yang tinggal di Jogja, lalu berharap si sopir atau si teman ini bisa menjelaskan banyak hal. Kalau soal tempat makan dan minum enak, memang mereka bisa sih apalgi jaman internet kayak sekarang. Akan tetapi bila berkaitan dengan sejarah dan menjelaskan destinasi – destinasi wisata penting seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, Kraton dan Tamansari, itulah tugas pemandu. Yah, walaupun belum pernah membawa artis atau orang terkenal dalam negeri, saya ada pengalaman berkesan bertemu dengan salah seorang artis yang sekaligus idola saya, ketika melakukan pekerjaan sebagai pemandu. 

Bertemu idola itu menyenangkan, bagi siapapun. Apalagi jika kita berpapasan dengan idola saat traveling, itu berkah  takdir guys. Soalnya saya tidak percaya dengan yang namanya kebetulan. Selalu ada maksud dari Tuhan mengapa kita dipertemukan dengan si ini, ataupun si itu. Kayak pendakwah saja ya? He he.
 
Bahkan ketika masih kuliah, apabila ada suatu seminar yang pembicaranya  juga termasuk idola saya, saya selalu antusias. Lebih keren lagi jika si pembicara ramah, dan mau diajak foto bersama. Bangga dan senang rasanya. Tetapi yang paling penting menurut saya, kita bisa memetik sesuatu yang bermanfaat dari ide-ide atau visi yang mereka sampaikan. 

Semisal Ahmad Tohari, ketika berkisah bahwasanya dahulu,  ternyata dia adalah orang yang kesulitan  menuangkan gagasan atau konsep dalam suatu bentuk tulisan, apakah itu artikel, cerita pendek, puisi maupun novel. Seorang Ahmad Tohari guys,  yang sudah menelurkan karya masterpiece seperti Ronggeng Dukuh Paruk alias Sang Penari ternyata dulunya seperti itu. 

Dengan sangat yakin beliau berkata “setiap orang bisa menulis, tetapi untuk menjadi penulis handal, kita harus banyak berlatih dan setiap orang memiliki proses yang berbeda”. Memang ajib bener deh!. Pernyataannya seperti yang dinarasikan oleh Chef Gustav di film Rattatouile-nya Dreamworks. Bedanya, kalau difilm ini tentang memasak, dan Chef Gustav percaya bahwa “everyone can cook”. Inspiratif! 

Berbicara tentang inspiratif, sama halnya ketika Trinity "The Naked Traveler” datang ke Yogyakarta,  saat Book Fair di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada tahun 2013 silam , merupakan sosok yang inspiratif. Trinity adalah idola bagi remaja atau siapapun yang suka jalan-jalan, dan karena buku-buku karyanya itulah banyak mengubah cara pandang saya tentang traveling. Membuat saya lebih berani dalam mengambil langkah kedepan. Dan syukurlah, Trinity juga orangnya ramah dan mau diajak foto bersama. He he.

Siapa sangka, saya bertemu lagi dengan Trinity dengan cara unexpected. Saya masih ingat betul, saat itu sore hari tanggal 8 Oktober 2015. Pada hari itu, jadwal saya bersama tamu cukup padat. Pagi hingga siang hari saya membawa tamu ke Museum Sonobudoyo, Kraton, dan Tamansari hingga masjid bawah tanah,kemudian dilanjutkan ke Candi Prambanan sebagai pamungkasnya sambil menanti sunset dari angle tertentu.  

Sedang asyik-asyiknya saya menjelaskan kepada tamu, tentang Kisah Ramayana dan beberapa relief Dewa Lokapala di Candi Syiwa (Prambanan), saya melihat wajah yang tidak asing. 

“Mbak Trinity?” sapa saya. Trinity sedikit kaget melihat saya, mungkin dikiranya di Prambanan tidak ada yang mengenalinya. “Iya” jawabnya pendek. Langsung saja saya kenalkan ke Andrea Holetzki dan Raphael Leiteritz. Jujur, saya lupa nama asli Trinity. Saya hanya ingat nama belakangnya, Hutagaol. 

This is Trinity, the most popular traveling writer in Indonesia” semangat dan sumringah karena  bisa berpapasan langsung. “Mbak Trinity, this is my clients from Zurich”. 

“Oh, Switzerland!” kata Trinity. Dan, seperti kebiasaan orang Indonesia pada umumnya, khususnya saya, maka saya minta Trinity untuk foto bersama dengan tamu saya. Sama saya juga laahh. Masak kesempatan langka begini tidak dimanfaatkan. He he. Setelah berbasa-basi, kami berpamitan. Trinity melanjutkan jalan-jalannya di Prambanan. Saya pun demikian. Saat berpamitan, saya bilang begini. 

“Saya mau kasihkan buku mbak yang edisi bahasa Inggris ke tamu saya untuk oleh-oleh”. Dan, itu benar-benar saya lakukan pada hari berikutnya. Ketika saya dan tamu sampai di Hotel Tugu (Malang) , setelah check in , buku Trinity saya berikan. 

“This is the book I’ve told you yesterday. I am so proud could give this book to you, Andrea and Raphael” semangat 45. Sontak saja, mereka kaget sekaligus senang. Karena setelah pertemuan dengan Trinity, saya gencar melakukan promosi ke mereka. Di Malang , ada free day 1 hari. Jadi, saya pikir pasti mereka punya banyak waktu luang untuk bersantai, minum kopi atau teh sambil membaca buku.  Eh, apa yang saya perkiraan menjadi kenyataan. 


Keesokan harinya jam 10.20 WIB, Raphael mengirim foto via Facebook , Andrea lagi asyik membaca Trinity-The Naked Traveler “Across The Indonesian Archipelago” sambil tersenyum. Raphael bilang, Andrea sangat suka bukunya dan dia ketawa-tawa sendiri. Bukunya sangat informatif, jujur, dan menghibur. Sekali lagi mereka mengucapkan terima kasih. Lalu, saya balas pesannya. 

“My pleasure, Raphael. I am so glad can introduce you many things about Indonesia” 

Ini adalah kedua kalinya,  saya memberikan buku Trinity ke klien. Pertama kali saya berikan kepada Mr. Siah, Big Boss perusahan kontraktor asal Singapura. Tamu ini juga sangat berkesan. Setelah 3 hari berwisata di Yogyakarta bersama rombongannya,  saya berikan buku Trinity dengan harapan,  dia dan grup nya datang lagi ke Indonesia untuk berwisata ditempat yang lain. 

“This book for you sir, I hope you come back again to my country for other destinations. It doesn’t matter with me or not” percaya diri. Dan, selepas Mr.Siah beserta rombongannya ke Jogja, beberapa bulan kemudian mereka ke Indonesia lagi guys, tepatnya ke Bali. 

Kembali ke Andrea dan Raphael. Setelah mereka pulang ke Zurich, dan selesai membaca buku Trinity, mereka ingin kembali lagi ke Indonesia untuk berwisata di pulau-pulau yang lain. Sebagai pemandu, saya sukses. Gara-gara buku Trinity, mereka ingin tahu lebih dalam segala hal tentang Indonesia, kemudian mereka membeli dua buku baru lagi yaitu tentang Gunung Krakatau dan Jamu. Teruslah berkarya Trinity. Dan teruslah dicetak untuk edisi bahasa Inggris-nya. Itu penting banget untuk promosi. Trust me, It works!.


Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...