Jumat, 19 Februari 2016

Tanggapan Terhadap Tulisan Trinity “The Naked Traveler” (bagian 2 - selesai)



Masih soal tanggapan saya terhadap tulisan Trinity “The Naked Traveler”, yang teman-teman bisa mengecek langsung di link  ini http://naked-traveler.com/2016/02/10/mengintip-program-pariwisata-negara-tetangga/   . Pada tulisan saya sebelumnya, telah saya  jabarkan suatu tanggapan terhadap 4 negara besar penarik wisatawan asing di kawasan Asia Tenggara, yang mana Indonesia adalah juara keempat dengan perolehan 10.47 juta wisatawan mancanegara (Sumber: Badan Pusat Statistik).


Mungkin Pak Arif Yahya selaku Menteri Pariwisata, baru mendapatkan data sementara dari BPS (Badan Pusat Statistik), ketika beliau bilang bahwa ada 10 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sepanjang tahun 2015, saat press conference pada tanggal 22 Januari di event  ATF (ASEAN Tourism Fair) 2016, Manila, Filipina. Teman-teman boleh download video di Youtube tentang ATF dan sudah beredar banyak  video menarik yang wajib dikoleksi, khususnya bagi kalian yang suka jalan-jalan. Jadi, kalau ketemu orang lokal di suatu negara, kita bisa menjelaskan kekuatan pariwisata kita dan posisi negara kita di kawasan ASEAN.  Menjadi smart traveler itu mudah kok, asalkan rajin-rajin mencari informasi saja. Thank you very much Youtube!.

5. Vietnam
Vietnam masih harus belajar dari Indonesia soal pariwisata. Jumlah wisatawan asing ke negara ini adalah7,9 juta/tahun dengan mayoritas turis dari Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang. Vietnam itu bagi saya hanya 2 saja destinasi pentingnya yaitu Halong Bay dan Danang. Adapun Ho Chi Min City paling hanya 1-2 hari saja turis asing menghabiskan waktunya disini (mayoritas hanya 1 hari). Mau ngapain lama-lama? Mau lihat wisata macet? Mendingan Jakarta!. Vietnam masih jauh kalau mau mengalahkan Indonesia dalam pariwisata. Ini saya ada cerita menarik guys.

Saya selalu curious alias kepo kalau servis tamu asing, saya pasti tanya sudah ke negara mana saja, dan memang dari lebih 100 tamu yang saya layani sejak tahun 2013 rata-rata sudah pernah ke Vietnam. Alasan utamanya adalah murah – meriah, walaupun mayoritas tidak suka dengan sistem transaksi jual – belinya. “It is very ridiculous, because you buy something with USD and then you will get Vietnam Dong?” kurang lebih begitulah komentar mereka. Yah, Vietnam Dong memang paling hancur nominalnya di kawasan ASEAN. Bahkan, hanya satu atau dua Money Changer saja yang menjual Vietnam Dong di Yogyakarta,  itupun sedikit sekali karena hampir tidak ada peminat.

Atraksi tambahan yang menarik (kata bule) adalah mencoba Kopi Vietnam. What? Vietnam Coffee?. Itu para bule, harus mencoba Indonesian Coffee (Mandailing Coffee, Aceh Coffee, Gayo Coffee, Lampung Coffee, Lahat Coffee, Java Coffee, Bali Coffee, Flores Coffee, Toraja Coffee, dan West Papua Coffee). Memang Vietnam saat ini sedang terkenal akan kopinya, lalu muncullah brand Kopi Vietnam yang bagi saya lebih enak dan nendang Java Coffee, Mandailing Coffee, Bali Coffee atau Toraja Coffee. Ada kisah soal kopi Vietnam ini. Based on true story (cielah).

Pada tanggal 19 Maret – 2 April 2015, saya membawa tamu spesial dari Jerman berjumlah 5 orang. Mereka tergila-gila dengan alam Jawa dan hampir setiap tahunnya ke Indonesia apakah itu Jawa, Bali, Toraja, Komodo, dan lain-lain. Tidak tanggung-tanggung, 2 minggu saya bersama mereka dengan destinasi Jawa Timur (Batu – Malang, Jember, Tanjung Papuma, Pulau Sempu, Bondowoso, Kawah Ijen, dan Banyuwangi), lalu terakhir saya drop ke Bali. Salah seorang tamu saya, ternyata punya andil mempopulerkan Kopi Vietnam di Jerman. Saat masih muda, dia ke Vietnam dan meneliti bagaimana agar Vietnam dapat meningkatkan produksi kopinya.

Saat kami melewati perkebunan kopi arabika di Kabupaten Bondowoso - Jawa Timur, dikarenakan hujan deras dan angin kencang, berhentilah kami disuatu kedai sederhana. Kami semua memesan kopi arabika yang orang sana menyebutnya Kopi Ireng alias Black Coffee

“Oh, lekker (enak)!” kata tamu saya yang peneliti itu. Padahal, yang dia minum baru yang biasa (kualitas kedai), bukan Java Arabica Coffee yang premium!. Nah, di momen seperti inilah saya menjelaskan kepada tamu bahwa Java Coffee sudah terkenal sejak ratusan tahun lalu, sejak jaman kolonial Belanda, jauh sebelum Vietnam menanam kopi tentunya. Tapi soal produksi sekarang ini, memang Indonesia kalah sama Vietnam namun bila soal kualitas, Indonesia is the best!. Teman yang satunya menimpali, sebut saja inisialnya G. 

“You know Yoga, all of this because of him!”
“I am so sorry Yoga” respon si peneliti kopi. 

Saya yang mendengar hanya tersenyum dan ketawa saja. Si peneliti ini bilang memang rasa Kopi Jawa ini berbeda. Kopi Vietnam itu mild (saya sering mendengar alasan seperti ini). Kopi itu seperti anggur untuk wine, apabila ditanam ditanah yang berbeda, maka rasanya pun berbeda. Apalagi di Tanah Jawa ini yang banyak sekali gunung berapi, menyebabkan kualitas kopinya unik karena tanahnya sangatlah subur. Kopi pun jika diolah dengan teknik yang berbeda, menghasilkan cita rasa yang berbeda pula. Coffee is not as simple as you think for the philosophy, and for the taste Indonesian Coffee is number one. Pada dialog terakhir kami, saya berkata.
“You should try Bali Coffee” sambil tersenyum puas.

6. Filipina
Sama sebagaimana halnya Vietnam, Filipina harus belajar kepada Indonesia soal pariwisata. Turis asing ke Filipina hanya sebanyak 5 juta/tahun yang kebanyakan berasal dari Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang. Orang- orang Korea dan Jepang juga sudah lama menjadikan Bali sebagai destinasi favorit, dan Yogyakarta serta Jawa Timur (Bromo) sedang naik daun untuk destinasi kedua mereka. Kalau Amerika Serikat hanya berminat dengan Bali dan Yogyakarta saja. This is homework for Indonesian government.
Kelebihan Filipina adalah warganya yang mayoritas bisa berbahasa Inggris dengan baik. Pariwisata Filipina memang menarik dan berkembang, mengingat negara ini juga kepulauan seperti Indonesia. Pemerintah Filipina tau persis kelebihan mereka, maka tidaklah heran jika scuba diving tourism sedang digalakkan.

Ada satu fakta menarik, pada tahun 2015 tetapi saya lupa bulan apa, namun saya ingat kontennya dari koran yang saya baca bahwa pemerintah Filipina mengirim tim pariwisata mereka ke Pulau Bali untuk belajar bagaimana memanajemen dan mempromosikan pariwisata, mengingat Bali dianggap sukses oleh pemerintah Filipina dalam mengembangkan berbagai macam pariwisata.

 Apalagi Bali, pada tanggal 24 – 27 November 2013 juga sukses menggelar World Culture Forum (check on Youtube please). Bali memang tempat belajar yang tepat untuk Filipina, lha wong Yogyakarta juga belajar beberapa hal dari Bali. The last but not the least, Bali is fun destination. Jadi, memang cocok dengan slogan pariwisata Filipina, “It’s more fun in the Philippines”. So Philippines, Be a good student.

7. Kamboja, Myanmar, Laos
Turis asing yang datang ke tiga negara ini antara 3 – 4 juta/tahun. Kamboja dengan slogan pariwisata “Kingdom of Wonder” ini kalau tidak ada  Angkor Wat dan Bayon serta kompleks candi yang lain, tidak akan dikunjungi turis. Sistem transaksi jual –beli nya sama-sama menjengkelkan seperti di Vietnam (bikin tekor!), tetapi saya respect dengan negara ini, karena masih ada hubungan antara Jayawarman II (salah satu Raja Khmer) dengan Dinasti Syailendra yang membangun Borobudur. Penasaran kan?. Bagi guide Yogyakarta, mengunjungi Angkor Wat adalah suatu keharusan demi professionalism. Intinya Jawa dan Kamboja itu memiliki hubungan yang cukup erat dan panjang (bagi anak sejarah pasti tau).

Borobudur (my collection)

Saya pernah membawa tamu VIP dari Kamboja pada tahun 2015, seorang Boss Travel Agent berkebangsaan Perancis. Apa komentar dia tentang Borobudur dan Prambanan? “So well preserved and amazing” itulah katanya, dan saya masih ingat betul akan hal ini. Dia bilang Angkor Wat sekarang sedang mengalami persoalan serius apakah itu kondisi batu, pembatasan turis bagi yang ingin naik keatas, dan lain-lain. 
 
Sangat-sangat berbeda jauh dengan kondisi Prambanan dan Borobudur yang masih bagus dan terawat. Saya jelaskan bahwa baik Prambanan dan Borobudur menggunakan batu andesit alias lava stone yang sangat kuat, kokoh, keras, serta tahan lama (he he). Walaupun Borobudur dan Prambanan lebih tua daripada Angkor Wat, tetapi kondisi candi dan kualitas batu, juga perhatian dan perawatan dari pemerintah, serta kerumitan dan detil ornament carving technique 3D-nya, lebih unggul disini. 

Soal Myanmar dengan slogan “Let the Journey Begin”, yang menarik adalah Bagan dan Pagoda Shwedagon. Sudah itu saja. Sebenarnya ada 3 jalur darat untuk masuk ke negara ini dari Thailand, tetapi turis dilarang masuk lewat jalur darat, melainkan harus naik pesawat guys, atau cruise (duit darimana coba). Untunglah, pemilihan umum tahun 2015 Aung San Su Kyi menang. Semoga, Myanmar lebih open terhadap turis kedepannya. 

Laos? “Simply Beautiful” merupakan slogan pariwisatanya. Negara ini jauh dari kata maju guys. Wisata andalannya hanya Vientine dan Luang Phrabang. Keindahan lanskap dan alamnya merupakan jualan utama dari Laos. Ketiga negara ini masih berkembang akan pariwisatanya dan memiliki potensi masing-masing. Dan of course, harus banyak belajar dari negara tetangga terdekat mereka, Thailand.

10. Brunei
Saya sudah ke Brunei tahun 2014 yang lalu, dan 6 hari 5 malam di negara ini bersama teman-teman. Pariwisata Brunei dengan slogan barunya “a Kingdom of Unexpected Treasures”, bukanlah jualan utama Brunei, melainkan bisnis perminyakan itulah andalannya. Pariwisata itu penting tapi gak penting, hanya pelengkap saja. Akan tetapi bukan berarti negara ini tidak menarik untuk dikunjungi. Wisata Brunei adalah wisata religi, alam, dan budaya. Wisata minat khusus bagi teman-teman yang beragama Islam ataupun tidak. 

Yang jelas kalau ke Brunei, jangan hanya ke Kampung Kianggeh karena warga asli Brunei bukan disana tempat berkumpul-nya. Kampung Kianggeh memang cocok untuk wisata kuliner yang murah , jadi tidak heran kalau tempat ini favorit bagi para imigran apakah itu dari Indonesia, Filipina, India, ataupun negara-negara lain. 

Memang benar, saat Hari Raya, Sultan Hassanal Bolkiah membuka open house sehingga siapa saja bisa bersalaman dengan orang yang paling berkuasa di negara ini. Di Yogyakarta pun sama, Sultan Hamengkubuwono X juga menggelar open house untuk masyarakat. Jadi, tidaklah heran jika negara ini paling terakhir untuk prestasi pariwisatanya. Untuk merasakan kehangatan warga asli Brunei memang enaknya punya teman Brunei, kalian akan merasakan keramahan khas orang Asia Tenggara. 
 
ASEAN for ASEAN
Indonesia mendapatkan tema promosi spa and wellness untuk ASEAN, Singapura untuk cruise tourism, dan Malaysia untuk adventure travel.  Saya tidak protes Indonesia mendapatkan tema spa and wellness karena memang spa di Bali adalah salah satu yang terbaik di dunia (atau yang terbaik), tetapi kenapa Malaysia dapat adventure travel? Saya tidak habis pikir. Indonesia itu surganya untuk adventure travel, dan sekedar informasi teman-teman.
 
Kawah Ijen,Bondowoso,East Java, Indonesia (taken by Raphael Leiteritz from Switzerland)

 Tim Volcano Discovery yang tersohor di dunia untuk wisata alam, petualangan, dan gunung api, salah satu orang pentingnya adalah dari Indonesia!, dan markasnya di Indonesia adalah di Yogyakarta. Semoga pada kesempatan berikutnya Indonesia mendapatkan tema spa and wellness serta adventure travel. It is homework for Indonesian government.
 
Semoga pada kesempatan ATF (ASEAN Tourism Forum) berikutnya, Menteri Pariwisata Indonesia (siapapun itu) memaparkan program-program andalan pariwisata kita. Sebagai orang lapangan, saya dan teman-teman di Yogyakarta hanya berharap yang terbaik untuk pariwisata kita, bekerja sebaik mungkin dan turut membantu mempromosikan pariwisata Indonesia.

Catatan: Mbak Trinity “The Naked Traveler” menuliskan, “Menurut saya sih hitungan jumlah turis asing yang masuk itu masih diragukan. Ada yang menghitung jumlah penumpang pesawat dari luar negeri, ada yang menghitung dari jumlah cap masuk WNA di imigrasi, ada yang berdasarkan jumlah WNA yang menginap di hotel minimal semalam, ada yang membedakan antara WNA yang datang sebagai turis atau bisnis”. Saya setuju sekali. Angka-angka yang dipaparkan oleh setiap negara pada ATF 2016 di Manila, hanya salah satu referensi kita untuk melihat gambaran pariwisata di setiap negara. 


Sabtu, 13 Februari 2016

Tanggapan Terhadap Tulisan Trinity "The Naked Traveler" (bagian 1)

Tulisan Trinity yang diterbitkan pada tanggal 10 Februari 2016, yang berjudul “Mengintip Program Pariwisata Negara Tetangga” (http://naked-traveler.com/2016/02/1...) sejujurnya membuat saya kepikiran. Lalu, saya mendapatkan inspirasi yang lagi-lagi datangnya kok ya pada tengah malam. Begini kawan-kawanku semua, apa yang dituliskan oleh Trinity "The Naked Traveler" itu tidaklah salah, dan tidak ada tapi-tapian. Mbak Trinity mendapatkan semua data kuantitatif dari ASEAN Tourism `Fair (ATF) yang diselenggarakan pada tanggal 18 – 25 Januari 2016 di Manila, Filipina.



Semua datanya otentik sesuai pengalaman dilapangan. Maka, ijinkanlah saya membagikan informasi dari sudut pandang yang lain, sudut pandang seorang guide seperti saya yang bekerja dilapangan, dan pekerjaan ini menjadi ujung tombak pariwisata di Indonesia. Dan semoga tulisan saya dan Mbak Trinity, dibaca oleh Pak Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata saat ini. Tulisan saya ini adalah subjektif, berdasarkan empirical experiences, dan mayoritas data yang saya peroleh adalah hasil dialog serta diskusi dengan tamu-tamu saya. Saya mulai saja.

1.Thailand 
Thailand adalah “King of Tourism in Southeast Asia”. Tahun 2014, negara ini berhasil menarik wisatawan mancanegara sebanyak sekitar 27 juta orang, dan tahun 2015 kemarin meningkat menjadi 29,8 juta. Wow, suatu prestasi bagi Thailand. Bom yang mengguncang Bangkok, tidak terlalu terpengaruh terhadap dunia pariwisata.

Saya mempunyai kawan-kawan Thailand yang bekerja sebagai guide dan Trip Leader , mereka memang sempat mengeluh sepi wisatawan, tetapi setelah 2-3 bulanan dunia pariwisata pulih seperti sedia kala. Kenapa Thailand begitu digdaya, guys? Karena memang pemerintahnya sadar betapa pentingnya pariwisata sebagai sumber pendapatan negara.

Saking totalitasnya, semua hal yang dapat dijadikan sumber uang dan menarik wisatawan didukung oleh pemerintah, mau jadi ladyboy beneran pun didukung. Selain itu, pariwisata Thailand merata mulai dari selatan (Phuket dan termasuk pulau-pulau kecilnya), tengah dengan Bangkok dan Pattaya disebelah timur sebagai magnet utama, Ayutthaya dengan wisata sejarahnya, dan Chiang Mai serta Chiang Rai diutara dengan wisata seni budaya beserta alamnya.

Kemudian, Thailand juga didukung oleh lokasi yang strategis berada di jantung Indo-Cina, infrastruktur yang baik, warga yang sadar pariwisata, menggratiskan visa lebih ke seratus negara, dan negara ini tidak pernah dijajah oleh kolonial. Thailand dijadikan buffer zone, sehingga negara ini dijadikan basis netral oleh dua kolonial besar di Indo-China dan Semenanjung Melayu yaitu Britania dan Perancis (what a lucky country).

Maksud saya, negara ini kekayaannya memang mantap. Tidak pernah dirampas emas-emasnya, kecuali oleh invasi Burma yang memporak-porandakan Ayutthaya. Kekayaan negara ini, benar-benar digunakan semaksimal mungkin untuk memajukan pariwisata mereka. Thailand begitu digdaya, karena memiliki kekayaan negara yang luar biasa, serta dukungan pemerintah yang luar biasa pula. Indonesia harus belajar dengan Thailand dalam banyak hal, dan butuh waktu cukup lama untuk mengalahkan negara ini dalam hal pariwisata.

2.Malaysia
Sebagai juara dua, kita tidak boleh iri kawan-kawan dengan Malaysia. Melanconglah ke Malaysia, dan kalian akan melihat betapa majunya negara ini. Malaysia memang tidak sekaya Indonesia dalam hal destinasi wisata, tetapi mereka memiliki program-program yang termanajemen dengan baik dan terintegrasi seperti di Thailand.

Politik dinegara ini juga lebih mementingkan harmoni, relatif stabil walaupun kadang-kadang terjadi gejolak, tetapi cepat penanganannya. Malaysia memiliki modal kuat untuk pariwisata, infrastruktur yang sangat baik, maju, modern, dan makanan yang masih termasuk ramah dikantong (walaupun sekarang banyak warga mengeluh apa-apa mahal). Tetapi pertimbangkanlah satu  hal guys..

Saya sering membawa tamu dari Malaysia apakah itu etnis Melayu, Tionghoa, ataupun India. Pada suatu masa di bulan Januari 2016, saya membawa tamu yang sangat spesial. Bukan orang sembarangan, dan saya pun tidak boleh sebut nama ataupun jabatannya.

Yang menarik adalah, ketika saya sampaikan bahwa tahun 2015 Malaysia juara dua untuk kunjungan wisatawan mancanegara, dia tidak percaya. Beliau berkata, Malaysia tidak seperti Indonesia dimana turis benar-benar datang untuk melancong, dan menghabiskan waktu lama untuk menjelajah dari Jawa – Bali – Lombok – Flores – Komodo (Bapak ini juga sudah berkali-kali ke Indonesia).

Malaysia adalah negara yang memang dijadikan pusat bisnis. Banyaknya orang luar ke Malaysia karena tujuan utamanya untuk berbisnis, tetapi oleh pemerintah itu juga dihitung sebagai pelancong. Beliau menyakini, bahwa sekitar 20 juta lebih wisatawan yang ke Malaysia tahun 2015 adalah mayoritas lebih untuk urusan bisnis. Karena sangat jarang sekali wisatawan bule yang terlihat di Malaysia. You may believe in me or not but this is my real experience. 

3.Singapura
Singapura juara 3? . Secara kuantitatif oke lah 15 juta wisatawan pada tahun 2015, tetapi pertimbangkanlah satu hal kawan-kawan. Turis Singapura adalah turis terbesar yang datang ke Indonesia khususnya 3 destinasi (Batam – Yogyakarta – Bali). Saya yakin, orang-orang Eropa yang transit ke singapura pun dihitung sebagai pelancong, dan masa tinggal mereka di negara kecil ini sangatlah singkat rata-rata 1 hari atau maksimal 2 hari. Berbeda dengan di Indonesia, kalau dari segi lama tinggal dan membelanjakan uang demi perjalanan , maka Indonesia lebih unggul.

Orang-orang Eropa, USA, dan negara-negara barat yang lain ketika mengunjungi Indonesia, itu lebih dari 2 minggu guys. Saya pribadi, membawa tamu Eropa paling minimal adalah 5 hari hanya Yogyakarta – Bromo – Surabaya. Itu setelah dari Surabaya, terbang ke Bali dan minimal 5 hari untuk bersenang-senang . Kemudian, lanjut ke Lombok selama 2-3 hari. Ini rute umum untuk para bule (selain Australia), belum lagi Flores dan Pulau Komodo atau Raja Ampat (cari sendiri dah infonya). Untuk data angka Indonesia memang kalah, tapi untuk kualitas dan length of stay Indonesia juara 3.


Kalaupun di Singapura  sampai 5 hari, mau ngapain disana? Singapura kebanyakan untuk transit saja bagi tamu-tamu bule. Walaupun ada city tour keliling Singapura, tapi bagi bule 1 atau 2 hari di Singapura adalah lebih dari cukup. Tidak ada yang banyak bisa dilihat di negara ini. Bagi bule, Universal Studio itu tidaklah wow. Alam, seni dan budaya Indonesia itulah magnet utama mereka.

4.Indonesia
Nah, giliran Indonesia. Tahun 2015 kemarin mampu menarik wisatawan mancanegara sebanyak 10,47 juta (BPS). Apa yang diucapkan oleh Pak Arief Yahya saat ATF 2016 di Manila itu memang benar, tidak usah gonta-ganti slogan tetapi fokus terhadap apa yang sudah dimiliki, yaitu “Brand Wonderful Indonesia”.

Perlu diketahui guys, Pak Arief Yahya ini adalah menteri pariwisata yang baru tetapi gebrakannya luar biasa dibandingkan menteri-menteri sebelumnya yang kurang gairah (dan malah ada yang tersandung kasus korupsi segala). Awalnya, saya antipati dengan beliau, tetapi saya terkejut karena beliau berhasil bekerja sama dengan Pak Rizal Ramli sehingga program 90 negara bebas visa dapat direalisasikan. Dia adalah satu-satunya Menteri Pariwisata yang berani dan optimis sepanjang sejarah Indonesia modern, dengan target 20 juta wisatawan mancanegara.

Kelebihan Pak Arief Yahya adalah dalam segi promosi luar biasa. Suntikan dana dari pemerintah untuk promosi memang tidak sedikit, dan sejauh pengamatan saya promosi yang dilakukan sangat efektif dan mengena. Film pendek tentang Wonderful Indonesia Culture & Heritage dan Wonderful Indonesia Diving (check on Youtube please) mendapatkan penghargaan internasional pada perhelatan “International Tourism Film Festival (ITFF) di Bulgaria ke-11 yang bertajuk “On the East Coast of Europe”.Masih prestasi yang lain dan terbaru, Wonderful Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan menyabet 3 kategori dari 6 kategori ASEAN Tourism Award (ASEANTA) 2016 di Manila, Filipina.

Adapun kategorinya adalah Best ASEAN Tourism Photo Agung Parameswara – Morning In Bromo, Indonesia. Kemudian, kategori Best ASEAN Cultural Preservation Effort Saung Angklung Mang Udjo, Indonesia, dan kategori Best ASEAN Travel Article The Perfect Wave – Colour Magazine, Garuda Indonesia. Ditambah lagi, Wonderful Indonesia juga memborong 3 penghargaan inovasi pariwisata di ajang UN-WTO (United Nation-World Tourism Organization) di Madrid, Spanyol.

Pamungkasnya, Wonderful Indonesia menyalip Truly Asia Malaysia di World Economic Forum (WEF) 2015 dalam Competitiveness Index, Indonesia naik dari tak ada ranking ke nomor 47, sedangkan Malaysia bertengger di posisi 96 dunia.


 (Picture is taken by Raphael Leiteritz from Switzerland)


Apa sih guys yang tidak dimiliki oleh Indonesia? Di Pulau Sumatera ada Danau Toba dan keindahan negeri Minangkabau menjadi pesona, di Pulau Jawa adalah surga untuk shopping, wisata gunung, wisata alam, wisata candi seperti monumen budhis terbesar di dunia yaitu Borobudur (UNESCO), dan Prambanan sebagai candi hindu terindah di dunia (UNESCO), Bromo yang spektakuler, Semeru dan Kawah Ijen yang mampu membuat siapapun terpana.

Di Pulau Bali merupakan surga terakhir dimuka bumi, Kepulauan Gili dan Lombok yang Indah, Tana toraja yang memukau ribuan turis dengan tradisinya, Flores yang mengagumkan dengan Kelimutu dan Wae Rebo-nya, Komodo yang tidak ada duanya di dunia, Raja Ampat yang bergelar “the richest marine biodiversity in the world”, Maluku dan Ternate dengan alam pesisir dan gunungnya, Kalimantan dengan wisata Konservasi Orang Utan-nya, serta Sulawesi dengan Bunaken dan Wakatobi -nya. Destinasi Indonesia adalah yang paling beragam dan kaya dibandingkan negara –negara ASEAN yang lain.

Tidak ada alasan untuk pesimis. Tidak ada gunanya itu. Bekerja dan bekerja sebaik mungkin, khususnya sebagai seorang pemandu saya selalu fair dalam hal promosi. Walaupun saya spesialis di Pulau Jawa dan kadang-kadang Bali tetapi saya selalu bilang kepada tamu, bahwa Indonesia tidak hanya Bali dan Jawa.
 
Video "Wonderful Indonesia" selalu saya promosikan ke setiap tamu tanpa terkecuali. Wajib hukumnya bagi seorang pemandu. Adapun kelemahan pariwisata kita adalah infrastruktur, tetapi ini sedang diperjuangkan oleh pemerintah (sabarlah kawan-kawan). Kemudian, belum terintegrasinya pariwisata kita merupakan kelemahan yang lain.

Tetapi, ada niatan baik dari pemerintahan sekarang untuk pariwisata kita dibandingkan pemerintahan sebelumnya, sehingga optimis dan berbuat semaksimal mungkin adalah suatu keharusan. Apa yang Trinity tuliskan bahwa program pariwisata Indonesia masih mengambang memang benar, sehingga dengan tulisan ini saya berharap Pak Arief Yahya semakin semangat untuk terus memperbaiki apa yang kurang. Kalau untuk segi promosi sudah bagus dan harus terus ditingkatkan.

"Wonderful `Indonesia" harus tetap dipertahankan. Bagi saya, dengan segala potensi wisata Indonesia yang ada, sangatlah mungkin Indonesia akan mengalahkan Thailand walaupun membutuhkan waktu tidak sedikit. Tetapi, harapan itu ada. Sangat ada, dan sangat-sangat mungkin.

(bersambung)

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...