Selasa, 19 April 2016

Muay Thai


“Talking about Thailand, we cannot separate it with a famous martial art called Muay Thai. This Siamese Style boxing traces its roots to the 16th century and is known as “The Art of Eight Limbs” for its focus on eight points of contact on the human body”. 

Selama masa pemerintahan Raja Chulalangkorn alias Raja Rama V (1868 – 1910), Muay Thai mendapatkan perhatian khusus agar dicintai oleh semua rakyat Thailand, dan usaha Sang Raja berhasil. Bela diri ini tidak hanya populer didalam negeri, tetapi juga diluar negeri ketika para petarung Muay Thai memenangkan banyak kompetisi melawan bela diri – bela diri yang lain. 
 King Chulalangkorn or King Rama (dok.en.wikipedia.org)

Saya tidak bisa menyebutkan apa saja kompetisinya, tetapi memang begitulah faktanya. Hingga kini pun, Muay Thai masih populer didunia termasuk di Indonesia. Bravo King Chulalangkorn! Apa yang diperjuangkan oleh Sang Raja kini bisa terlihat hasilnya. Apalagi setelah kesuksesan internasional yang diraih oleh Tony Jaa lewat film Ong Bak (2004), semakin berkibarlah nama Muay Thai. Kemudian, film berikutnya pun menuai keuntungan yang gemilang seperti Toom Yum Goong aka The Protector (2005), semakin mengukuhkan nama Muay Thai itu sendiri. 

Dan setiap tahun-nya pada bulan Maret, masyarakat Thailand merayakan suatu acara besar yaitu “World Wai Kru Muay Thai Ceremony” di Provinsi Phra Nakhon Si Ayutthaya (Ayutthaya), sekitar 76 km utara Bangkok. Perayaan besar ini bertujuan menghormati para master Muay Thai, dan tahun ini merupakan acara yang ke – 12.
 (Kota Tua Ayutthaya yang sering dijadikan lokasi "World Wai Kru Muay Thai Ceremony")

Perayaan ini menunjukkan kebolehan para master Muay Thai dari seluruh sasana di Thailand, yaitu unjuk kebolehan dalam melakukan Wai Kru. Wai Kru adalah suatu tarian khusus wajib yang dilakukan oleh masing-masing petarung, dengan iringan musik, yang bertujuan tidak hanya untuk saling menghormati para pelatih atau guru sebelum pertandingan, melainkan juga taktik intimidasi dan mencari titik lemah lawan tanding.
 
Kekuatan seorang petarung Muay Thai, akan terlihat dari gerakan-gerakan tarian dalam melakukan proses sakral Wai Kru. Didalam proses ritual bagaimana seorang petarung duduk, berdiri, bagus atau tidak keseimbangannya, terkhusus saat menahan tubuh dengan satu kaki yang membutuhkan konsentrasi tinggi, semua akan terlihat. 
Wai Kru in Ayutthaya (dok. www.suphan-muaythaiboran.com)

“I am just a fan of martial arts, just a fan of them. That’s it. And one more fact about Muay Thai, the techniques is differing in each region of Thailand. The sport can be divided into four main styles: Northern, Northeastern, Southern, and Central. The geographical factors and ways of life in each region play a crucial role in the differing styles of Muay Thai. About this geographical thing is like Chinese Kungfu or Indonesian Pencak Silat. Sangat menarik, memang. 

Muay Thai Gaya Utara dominan menggunakan gerakan tangan termasuk ayunan tangan, tangkisan atau jotosan yang berbelok-belok atau pukulan, yang bertujuan untuk menipu lawan. Sedangkan untuk variasi tendangan tidak terlalu banyak. Hal ini disebabkan kondisi geografi wilayah utara yang terdapat banyak hutan rimba dan semak belukar, sehingga kurang cocok untuk melakukan banyak variasi tendangan. Adapun Muay Thai Gaya Timur Laut dominan dengan gerakan tendangan yang kuat dan cepat, serta banyak melakukan tendangan memutar untuk melumpuhkan lawan.

Berhubung wilayah selatan Thailand iklimnya hanya dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, wilayah selatan umumnya basah, licin, dan berpasir. Sehingga, seorang petarung selain diajarkan teknik – teknik pukulan dan tendangan, Gaya Selatan banyak melakukan pagutan atau pitingan dan teknik-teknik khusus yang membuat petarung dapat berdiri dengan kuat dan kokoh. 

Yang terakhir adalah Muay Thai Gaya Tengah, terfokus pada ketangkasan atau kegesitan dan kecerdasan otak juga mental, serta pergerakan tubuh. Tentu saja teknik-teknik pukulan dan tendangan tetap dipelajari oleh seorang petarung. Contoh cabang Muay Thai Gaya Tengah yang paling terkenal dan  khas adalah Muay Thai Ayutthaya, yang diturunkan generasi ke generasi. Gaya Ayutthaya adalah gabungan teknik-tekni asli dari Ayutthaya dengan gaya – gaya Muay Thai yang lain, yang sudah saya tuliskan diatas. 

Muay Thai Ayutthaya Style ( www.muaythaientailandia.com)

Spesialnya Gaya Ayutthaya adalah filosofi terhadap 4 unsur alam yaitu bumi, air, angin, dan api. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap petarung Muay Thai memiliki elemen utama didalam tubuh dan pikirannya, berdasarkan ciri atau sifat karakter petarung tersebut dan faktor astrologi seperti contohnya tanggal dan hari lahir. 

Seorang fighter harus menguasai teknik-teknik yang menjadi elemen utama tubuh dan pikirannya. Apabila anda seorang “fire fighter, dan anda sudah menguasai level tertinggi elemen api maka teknik selanjutnya yang seharusnya anda pelajari adalah elemen angin, “to be a wind fighter”. Bisa dibayangkan, apabila api dan angina bersatu maka serangan anda akan kuat, cepat, mematikan. Kurang lebih seperti itulah guys.

Kemudian, apabila seorang fighter dianggap master oleh gurunya, maka dia boleh mempelajari teknik air dan bumi. Ada satu elemen atau unsur yang dianggap spesial yaitu unsur emas, yang tidak dimiliki oleh semua orang alias langka. Unsur emas bisa mempelajari setiap elemen alias mendapatkan perlakuan yang spesial dari pelatih atau guru. Selain filosofi 4 unsur, Muay Thai Ayutthaya juga mengajarkan “Five Footwork Levels”

Lima level footwork ini dibagi menjadi tiga level yaitu Horse Footwork, Basic Footwork 101, dan Tiger Footwork. Berikutnya adalah 1 level menengah yaitu Elephant Footwork, dan level terakhir adalah ‘Narat Yurayat’.  Naray Yurayat adalah gabungan dua teknik secara bersamaan untuk menyerang para musuh, yang mana teknik pertama berjumlah 10 teknik minor, dan teknik kedua berjumlah 7. “Well, it is quite complicated of course”.Lalu, ada satu pertanyaan menarik. Dari keseluruhan gaya Muay Thai, apa hubungannya dengan Muay  Kard Chuek atau Muay Boran? 

Tony Jaa in Muay Boran style (dok.www.muaythai55.blogspot.com)

Muay Boran adalah cabang Muay Thai yang juga populer. Muay Boran gaya Ayutthaya bisa dijadikan suatu contoh, dan saat ini dilestarikan oleh Khun Akanee Chumsri, seorang praktisi yang telah belajar dari banyak master. Didalam Muay Boran, seorang petarung harus mengikat kepalan tangannya dengan tali rami dan juga  kakinya, dan memakai ikat kepala disertai azimat yang dipercaya untuk menambah kekuatan atau semacam sugesti bagi petarung tersebut. 

Selain itu masih dengan tali rami, petarung harus mengikat tangannya dan juga lengan bawahnya dalam bentuk spiral, dan begitu juga dengan kaki mulai dari tulang kering bawah sampai pergelangan kaki. Tujuan dari hal ini adalah untuk melindungi dari luka-luka atau meminimalisir cidera, dan membantu petarung untuk memperkuat dalam hal menyerang lawan. 

Salah seorang teman saya dari Chiang Mai, adalah mantan petarung Muay Thai yang sekarang terjun kedunia bisnis. Perjalanan saya ke Thailand bulan lalu, benar-benar menambah pengetahuan dan pengalaman saya. Tetapi saya juga suka traveling didalam negeri sendiri guys. Di Indonesia juga banyak sekali terdapat tempat-tempat eksotis dan terkenal sampai mancanegara. “I just love traveling, because life is a traveling”

Morals of the story: at the first time I knew about Muay Thai in 2004, and my knowledge about it was very general because of the Thai films, but now I knew more about Muay Thai because of my traveling in Thailand, last month. "Muay Thai is Thailand, Thailand is Muay Thai".

Senin, 18 April 2016

Thailand, where I have to go?



Nama lokal negara Thailand adalah Ratcha Anachak Thai atau biasa disingkat menjadi Prathet Thai saja oleh orang lokal. Ratcha itu Raja guys, kalau nama Dewi itu Thewi dalam bahasa Thailand-nya. Ya, seperti itulah. Saya sering senyum-senyum sendiri kalau dengar orang Thailand ngobrol, karena kayak orang bindeng (Javanese word: nasal of speech). Dari arti Ratcha, kita tahu bahwa ini adalah negara kerajaan dengan sistem monarki konstitusional, beribu kota di Krung Thep alias Bangkok.  

Thailand memiliki 76 provinsi (changwat) dan 1 kotamadya (maha nakhon). Banyak banget ya?. Di Indonesia yang negaranya lebih besar dari Thailand saja, hanya memiliki 34 provinsi. Dari sekian banyaknya provinsi tersebut, yang terkenal dengan pariwisatanya adalah Phuket, Chon Buri (karena ada Pattaya), Chiang Mai, Phra Nakhon Si Ayutthaya (Ayutthaya), dan Chiang Rai. Bangkok? Tentu saja. Bangkok adalah kotamadya yang merupakan magnet utama pariwisata Thailand. Tetapi guys, ada satu provinsi kecil yang cukup terkenal tetapi bukan karena pariwisatanya, yaitu Surin. 
 (Poster of Tom Yam Goong 2), Surin Province is one of the important shooting locations for this film (www.asianmoviepulse.com)

Surin adalah provinsi paling penting bagi Tony Jaa, karena disinilah dia lahir. Jadi, bagi teman-teman yang cinta setengah mati dengan Tony Jaa dan film-film-nya, silahkan berwisata ke Surin, okay?. Surin adalah provinsi yang eksotis dan pernah dipakai sebagai salah satu lokasi shooting untuk film Toom Yum Goong 2 aka The Protector 2.  Selain itu, tempat ini belum pernah dikunjungi oleh traveler terkenal dari Indonesia hingga tulisan ini ditulis. 

Pelancong terkenal maksudnya adalah, para traveler yang aktif menulis buku-buku tentang traveling. Belum pernah!. Saya tahu tentang Surin, itupun karena diceritakan oleh teman saya dari Chiang Mai, karena dia tahu kalau saya menyukai film aksi laga dan “a fan of Tony Jaa”. Penasaran dengan Surin? He he. 
Jadi, secara garis besar pariwisata di Thailand itu bisa diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu wisata seni dan budaya, sejarah dan arsitektur, wisata belanja, wisata malam, serta wisata air.  Nah, sekarang teman-teman minatnya kemana?. Kalau saya lebih berminat kepada wisata seni dan budaya, serta sejarah dan arsitektur karena berhubungan dengan pekerjaan saya sebagai seorang pemandu atau guide. Saya pribadi sudah babat habis Thailand kecuali Phuket dan Pattaya. Adapun untuk belanja bukan saya banget, “because I don’t like shopping”,  sedangkan wisata malam “wis ora gumun maneh” (sudah tidak heran lagi). 
Bangkok is a famous also for many night attractions (dok.Sofyan Yudianto)

Nah, berdasarkan pengalaman saya, Bangkok, Ayutthaya, Chiang Mai, dan Chiang Rai adalah tempat-tempat yang terbaik untuk wisata seni dan budaya, serta sejarah dan arsitektur. Khusus untuk Bangkok adalah tempat yang cocok juga untuk shopping atau wisata malam. Phuket dan Pattaya, selain untuk wisata air juga terkenal akan kehidupan malamnya. Kalau Surin bisa dikategorikan sebagai wisata minat khusus. 
Wat Phra Kaew aka Grand Palace, Bangkok, Thailand. 

Yang jelas kalau ke Bangkok, wajib berkunjung ke Wat Phra Kaew (Grand Palace) yang disana juga ada The Temple of Emerald Buddha, Wat Pho, Wat Arun, dan Vimanmek (The World’s Largest Golden Teakwood Mansion). Lokasinya berdekatan satu sama lain, kecuali Vimanmek. Vimanmek berada di kawasan Dusit yang agak jauh dari 3 candi yang terkenal itu. Tetapi, kalau kalian tidak kesana sungguh sangat disayangkan, karena tiket masuk Grand Palace mencakup Vimanmek.

 Tiket Grand Palace itu mahal guys, sebesar 500 Baht (sekitar Rp.200.000). Ngehek kan?.  Sangat disarankan untuk eksplorasi 3 tempat ini pada pagi hari. Apabila kalian datang kesiangan, maka siap-siap antrian panjang turis asal Cina Tiongkok yang terkenal teriak-teriak dan berisik itu, serta orang – orang asing akan menguji kesabaran teman-teman. “Trust me; it will change your mood and emotion”.  

Wat Phra Doi Suthep atau Wat Doi Suthep is one of famous destinations in Chiang Mai, Thailand (dok.Sofyan Yudianto). 

Kalau ke Ayutthaya, saya sarankan ambillah 2 hari untuk eksplorasi, karena kawasan kota tua-nya sudah dideklarasikan sebagai World Heritage City oleh UNESCO. Sedangkan Chiang Mai terkenal akan dua candi yaitu Wat Phra Singh dan Wat Phra That Doi Suthep (Wat Doi Suthep), dan untuk Chiang Rai candi paling terkenalnya hanya Wat Rong Khun alias The White Temple yang merupakan candi paling kontroversial di Thailand. 

 Wat Rong Khun aka The White Temple, Chiang Rai, Thailand (dok.Sofyan Yudianto)

Di Chiang Rai, ada juga wisata minat khusus yaitu mengunjungi Five Hilltribe Villages yang merupakan pusat penampungan 5 suku dari Myanmar (Karen, Akha, Palong, Luhu-Muser, dan Lu Mien-Yao), tetapi jaraknya dari Wat Rong Khun masih jauh. Kalian memerlukan waktu minimal 2 hari di Chiang Rai. Jadi, jangan bingung lagi ya guys, untuk menentukan wisata apa yang cocok untuk kalian. Sesuaikan saja dengan minat, waktu, dan kemampuanmu. Kita tidak harus rush through untuk ambil semuanya. Intinya, traveling itu paling asyik kalau enjoy

Morals of the story: I have to confess that Thailand is a very interesting country with so many choices for your trip. But, the most important thing about traveling, in my opinion is we can enjoy and not rush through. Happy traveling for you guys.

Sabtu, 16 April 2016

Malaysia: I’m in Love! (special true story for special readers)



“Yeah, I’m in love to be honest. First time I knew about Malaysia, when I was 5th grade student of elementary school in South Sumatera Province, Sumatera Island, Indonesia. My teacher told me about the relationship between Indonesia and Malaysia was just like Romeo and Juliet. If you know what I mean, falling in love each other’s, need each other’s, but their parents disagree. To be honest I don’t like the ending. That’s why I hope in the reality; between Indonesia and Malaysia will happy ending like Rama and Shita.

“For me, Malaysia is special country because I have many good friends here. The people, the local language and the foods in Malaysia, remind me with everything in South Sumatera Province. Although I am Javanese, but my friends in elementary school long time ago were good to me. Malaysia and Indonesia especially some provinces in Sumatera have so many similarities in many things. This is my personal reasons why I’m in love with Malaysia”. 

Drama banget ya? he he. Tidak bermaksud mendramatisir sih, tetapi memang seperti itulah realitanya. Entah mengapa, ada sesuatu yang kuat dari Malaysia didalam hati saya.“I don’t know what exactly, but something strong. It will bring a good thing for my life”. Saya sering sekali membawa tamu dari Malaysia apakah itu etnis Melayu, Cina, atau India. Sebagian besar dari tamu saya menjadi kawan hingga sekarang, dan memiliki hubungan yang baik, bahkan beberapa diantaranya bertukar cindera mata alias souvenir

 (Malaka, Bandaraya Bersejarah)

  Perjalanan saya ke Malaysia bulan lalu, adalah takdir baik bagi saya dan Sofyan Yudianto, rekan traveling. Semua hal yang terjadi di Malaysia sungguh diluar ekspektasi. Niat kami memang tidak hanya untuk jalan-jalan saja, tetapi juga bertemu kawan-kawan baik dari pihak Sofyan maupun saya pribadi. Tidak disangka, Peggy Ng dan Nicholas Teo yang merupakan teman Sofyan, selain menjemput kami dari KLIA 2 International Airport, juga mengantarkan kami untuk berwisata malam di Malaka aka Melaka atau Malacca yang merupakan “World Heritage City that declared by UNESCO on 7th July 2008”, makan malam dengan Sate Celup khas Malaka di Jonker Street yang tersohor itu, serta diantarkan untuk check in di hotel. “What a wonderful night at that time. It was amazing night”.

 
 (I have to confess that, Cendol in Malaka is better taste than Indonesia)

Sungguh awal yang indah kan?. Pagi harinya, mereka berdua masih membantu kami untuk mengeksplorasi kawasan Jonker Street, benteng Famosa, berkunjung ke Musium Zheng He (Cheng Ho), mencoba Nyonya Cendol yang sumpah rasanya enak banget, lalu makan siang di Kuala Lumpur dan berlanjut ke Batu Cave yang nota bene destinasi wajib bagi turis Indonesia.

                            (Batu Cave, a famous Indian Temple in Malaysia. Dok.Sofyan Yudianto)

 Kemudian, kami berkunjung ke Thean Hou Temple (Klenteng Cina) yang terkenal sebagai tempat sakral bagi pasangan muda-mudi etnis Cina yang mau menikah. Setelah puas, kami diantarkan didepan Suria KLCC, dekat Petronas Twin Towers untuk berjumpa dengan kawan saya, Nurhanani Badarrus Shaleh. Speechless saya!. “Peggy Ng and Nicholas Teo, xie xie ni!. Wo xe jen te jen te wo ai both of you!”.  

 
(Thean Hou Temple, a famous Chinese Temple in Kuala Lumpur. Dok.Sofyan Yudianto)

The next thing, Nani menjadi pemandu kami selanjutnya di Menara Kembar yang merupakan simbol kemajuan dan kebanggaan Kuala Lumpur, menemani kami, dan mentraktir kami minum dan makan kudapan di Melur & Thyme. Wah, perut kami hampir tidak muat guys. Setelah bertukar pikiran bersama Nani dan Najwad, tidak terasa sudah 1 jam lebih. Pesan pun masuk via Whatsapp, ternyata teman saya yang lain, Zarifah Chahrom dan Alexander Videm sudah datang. Saya pun keluar dari resto dan memperkenalkan mereka ke Nani dan Najwad. Karena dirasa cukup, mereka berpamitan, tetapi sebelumnya saya memberikan souvenir berupa kaos khas Jogja kepada Nani. “Thank you very much Nani dan Najwad for awesome hospitality”.

(Petronas Twin Towers, a symbol of modernity in Kuala Lumpur. Dok.Sofyan Yudianto)

 Zarifah ingin mengajak saya dan Sofyan untuk dinner. Oh my goodness! Berat badan kami pasti akan naik. Zarifah dan Alex adalah klien yang pernah saya servis saat vacation di Jawa 2 tahun lalu. Saat itu, keluarga besar Alex dari Norwegia juga ikut berwisata. Tidak tanggung-tanggung, 2 minggu mereka habiskan untuk traveling kemari dengan rute Yogyakarta (Prambanan, Kraton Yogya, Tamansari) - Borobudur -  Dieng Plateau - Tawangmangu - Gunung Lawu - Bromo – Ijen. 

Setelah dari Jawa, mereka rehat sejenak beberapa hari di Bali, lalu melanjutkan trip ke Pulau Komodo. Selama 2 minggu bersama mereka, kami mengenal satu sama lain dengan baik. Nah, Desember 2015 kemarin mereka datang lagi ke Indonesia, dengan trip khusus di Pulau Sumatera (Sumatera Utara dan Sumatera Barat), selama 2 minggu lagi!. Wow.

Sebelum berpamitan, saya memberikan buku karangan Trinity edisi bahasa Inggris yang berjudul “The Naked Traveler, Across the Indonesian Archipelago”, dengan harapan jika mereka ada masa, mereka bisa berwisata ke Indonesia lagi dengan destinasi yang berbeda. Mereka juga memberi saya oleh-oleh, berupa gantungan kunci eksklusif Star Wars dari Royal Selangor. Saya senang sekali!. 

Star Wars adalah salah satu film favorit saya. Karena ada janjian dengan teman yang lain (lagi) di Mc Donald Suria KLCC, kami diantarkan kelokasi untuk bertemu dengan Subashini Maniam dan Ram Jay. Setelah saling perkenalan, Zarifah dan Alex berpamitan. “Thank you very much Zarifah and Alexander, hope can meet you again”.  

Akhirnya saya berjumpa lagi dengan Subashini, hanya saja kali ini Subashini sudah menikah pada bulan Februari yang lalu. Pertemuan kami memang singkat, dan tanpa basa – basi saya memberikan lagi buku Trinity sebagai kado pernikahan, yang edisi bahasa Inggris dong tentunya. Dua tahun yang lalu, Subashini dan teman baiknya, Elizaberth Sandasanamy ke Yogyakarta untuk berwisata selama 4 hari.

Karena Elizaberth akan menikah juga pada tahun ini, maka saya titipkan lagi 1 buku Trinity kepada Subashini untuk sahabatnya itu. Saat di Jogja, saya memberikan bonus trip kepada mereka, yaitu melewati Masangin (Masuk diantara Pohon Beringin), di alun-alun selatan Kraton Yogyakarta. Mereka pun sukses. Saya bilang, kalau mereka yakin maka harapan akan terkabul dalam waktu dua tahun, dan menikah adalah harapan mereka, “and this is the year! 2016!. Happy for them! And I am so happy also!”. Setelah dikasih oleh – oleh 1 box donut, kami langsung diantarkan ke kawasan Brickfield, untuk check in di hotel. Karena besoknya, kami harus ke Butterworth via KTM dari Stasiun KL Center. “Thank you very much Suba and Jay. Speechless again!”. 

Hotel tempat kami bermalam yaitu My Hotel, ternyata sudah dibayar oleh teman baik saya yang lain, Hamizan Sahari. Tidak hanya itu saja, tiket KTM dari Kuala Lumpur ke Butterworth juga sudah dibayar oleh Hamizan. Ternyata sebelum berpisah dengan Peggy dan Nicholas, Peggy menyerahkan voucher untuk hotel dan KTM kepada Sofyan. Oh mamamia!.
 
Otomatis saya terkejut. Segera saya mengirim pesan via Whatsapp ke Hamizan. “Thank you very much for your kindness, Hamizan”. Karena waktu yang terbatas, saya dan sofyan tidak bisa berjumpa dengan Hamizan. Kebaikan ini adalah hutang bagi saya. Tentu saya tidak akan lupa untuk membalas budi baik ini kedepannya.”My Malaysian friends thank you so much”. Malaysia dan Indonesia adalah negara satu rumpun satu rantau. Malaysia selalu dihati kami.

Morals of the story: If you have good friends, keep them tight in your heart. When they are treating you well, you have to treat them very well in the next opportunities in the future. 

Kamis, 14 April 2016

“Naked” in Thailand: all hail the king!



Tidak terasa sudah tanggal 14 April 2016, dan saya baru menulis 1 tulisan untuk bulan ini. “Writing minimum one article per week is not easy, by the way. And again guys, I got inspiration at 01.20 am and I believe mostly all of you sleep like a top, right?”. Walaupun sudah hampir 3 minggu berlalu, tetapi otak ini masih memikirkan semua yang telah saya lalui di Malaysia dan Thailand. “Almost every day!, what happened with me? I hope this is a good thing. Yeah, Malaysia was awesome with some surprises and Thailand was amazing with memorable twist”. 

Ketika traveling ke Thailand, ada satu yang menarik dari negara ini, yaitu potret Bhumibol Adulyadej beserta istrinya terpampang dan bertebaran dimana-mana. Mulai dari Thailand selatan, Bangkok, Ayutthaya, Chiang Mai dan Chiang Rai, pokoknya seluruh provinsi di Thailand. Terkadang potret beliau beserta keluarga, ada juga yang sendirian, tetapi paling banyak bersama sang istri tercinta, Sirikit Kitayakara. It is so sweet, isn`t?

 (Bhumibol Adulyadej and her wife, Bangkok, Thailand)
 
 Sebenarnya gak “surprise” banget sih buat saya, soalnya beberapa traveler dari Indonesia sudah ada yang menuliskan tentang hal ini. Hanya saja, saya tidak mengira kalau ternyata memang benar-benar banyak. Di stasiun kereta api, dipertigaan atau perempatan jalan, sekolah-sekolah maupun institusi-institusi pemerintahan atau swasta, universitas-universitas, shopping mall, bandara, di lorong MRT Bangkok, rumah sakit, terminal bis, dan lain-lain. Pokoknya banyak! 

Apabila kalian pertama kali ke Thailand dan belum sempat membaca travel guide books, pasti akan berkomentar (minimal dalam hati), “Who is that guy? Be careful guys, Bhumibol Adulyadej is a king of Thailand, the richest king in the world (source: Business Spectator and Forbes, 2015), even until today. The second is Sultan Hassanal Bolkiah from Brunei Darussalam, and the third King Abdul Aziz from Saudi Arabia. But, King Aziz already passed away so maybe for the third richest right now is King Salman, his successor”.  

 (King Bhumibol Adulyadej, Dusit area,Bangkok, Thailand)

Karena sebelum ke Thailand, saya sudah banyak membaca dan memiliki beberapa buku tentang negara ini, jadi ketika melihat realitanya hanya bergumam, “ah, this is it”. Potret raja boleh difoto tetapi tidak boleh dihina, atau dilecehkan baik secara verbal maupun tindakan, karena akibatnya fatal. Bisa berujung penjara guys!. Mengenai hal ini, sudah ditetapkan didalam undang-undang Thailand guys. Tetapi jangan tanya saya pasal berapa ayat berapa ya, because I don’t know!. Jangankan saya, bahkan orang Thailand saja banyak yang tidak tahu. He he. 

Raja Bhumibol beserta lambang negara adalah simbol kekuasaan dan kehormatan, kepatuhan, ketaatan, dan wibawa. Semua rakyat Thailand dan siapa saja yang berkunjung ke negara ini harus tunduk patuh, menghina simbol berarti menghina negara alias makar!. Hukumannya berat, penjara itu pasti. Jadi, traveler dari Indonesia harus memahami hal ini. 

 (King Bhumibol Adulyadej, the richest king in the world)

Raja Bumibol adalah raja yang sangat dihormati oleh rakyatnya. Saya dapat banyak info dari warga lokal, bahwa ada dua raja yang sangat dikagumi dan disanjung-sanjung dalam sejarah Thailand, yaitu Raja Chulalangkorn dan Raja Bhumibol Adulyadej. Walaupun Raja Bhumibol saat ini sudah sepuh alias tua (88 tahun), tetapi beliaulah yang membawa kemajuan terhadap negara Thailand. Rakyat Thailand dengan bangga meneriakkan, “all hail the king!”. Kebanggaan itu saya amati sangat kuat melekat dihati mereka.

Kalau memikirkan hal ini, saya jadi teringat dengan beberapa kasus penghinaan atau pelecehan terhadap lambang – lambang negara di Indonesia, seperti Garuda Pancasila misalnya. Kasus terbaru di Indonesia, ada seorang anak bangsa tak tahu adat menendang lambang negara Garuda Pancasila.


(Garuda Pancasila, a national emblem of Indonesia)

 Tololnya, dia mengunggah fotonya via Instagram seraya merubah penjelasan tentang 5 sila dengan bahasa yang menghina. Dan, dua hari yang lalu saya membaca berita dari salah satu situs di internet, bahwa anak bangsa itu yang ternyata adalah seorang pemuda, telah ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara oleh pihak kepolisian, setelah ada banyak laporan dari pihak-pihak yang tidak menyukai perbuatannya. 

Seharusnya, Generasi bangsa bangga dengan Garuda Pancasila yang mengandung nilai-nilai filosofi tinggi, bahkan para pemimpin dunia saat itu salut dengan Soekarno saat mendeklarasikan Pancasila. Apabila dalam realita berbangsa dan bernegara belum sesuai harapan, seperti yang tertulis dari setiap sila, maka jangan salahkan lambangnya. Lambang Garuda Pancasila adalah simbolisasi dari suatu filosofi, dan ketika kita menghormati lambang tersebut maka yang kita hormati adalah nilai – nilai filosofinya. Belajar dari Thailand.

Morals of the story: When you are traveling, you must respect local peoples, the symbols of the countries, the local rules, the local wisdoms, and learn from it. 
 

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...