Sabtu, 16 April 2016

Malaysia: I’m in Love! (special true story for special readers)



“Yeah, I’m in love to be honest. First time I knew about Malaysia, when I was 5th grade student of elementary school in South Sumatera Province, Sumatera Island, Indonesia. My teacher told me about the relationship between Indonesia and Malaysia was just like Romeo and Juliet. If you know what I mean, falling in love each other’s, need each other’s, but their parents disagree. To be honest I don’t like the ending. That’s why I hope in the reality; between Indonesia and Malaysia will happy ending like Rama and Shita.

“For me, Malaysia is special country because I have many good friends here. The people, the local language and the foods in Malaysia, remind me with everything in South Sumatera Province. Although I am Javanese, but my friends in elementary school long time ago were good to me. Malaysia and Indonesia especially some provinces in Sumatera have so many similarities in many things. This is my personal reasons why I’m in love with Malaysia”. 

Drama banget ya? he he. Tidak bermaksud mendramatisir sih, tetapi memang seperti itulah realitanya. Entah mengapa, ada sesuatu yang kuat dari Malaysia didalam hati saya.“I don’t know what exactly, but something strong. It will bring a good thing for my life”. Saya sering sekali membawa tamu dari Malaysia apakah itu etnis Melayu, Cina, atau India. Sebagian besar dari tamu saya menjadi kawan hingga sekarang, dan memiliki hubungan yang baik, bahkan beberapa diantaranya bertukar cindera mata alias souvenir

 (Malaka, Bandaraya Bersejarah)

  Perjalanan saya ke Malaysia bulan lalu, adalah takdir baik bagi saya dan Sofyan Yudianto, rekan traveling. Semua hal yang terjadi di Malaysia sungguh diluar ekspektasi. Niat kami memang tidak hanya untuk jalan-jalan saja, tetapi juga bertemu kawan-kawan baik dari pihak Sofyan maupun saya pribadi. Tidak disangka, Peggy Ng dan Nicholas Teo yang merupakan teman Sofyan, selain menjemput kami dari KLIA 2 International Airport, juga mengantarkan kami untuk berwisata malam di Malaka aka Melaka atau Malacca yang merupakan “World Heritage City that declared by UNESCO on 7th July 2008”, makan malam dengan Sate Celup khas Malaka di Jonker Street yang tersohor itu, serta diantarkan untuk check in di hotel. “What a wonderful night at that time. It was amazing night”.

 
 (I have to confess that, Cendol in Malaka is better taste than Indonesia)

Sungguh awal yang indah kan?. Pagi harinya, mereka berdua masih membantu kami untuk mengeksplorasi kawasan Jonker Street, benteng Famosa, berkunjung ke Musium Zheng He (Cheng Ho), mencoba Nyonya Cendol yang sumpah rasanya enak banget, lalu makan siang di Kuala Lumpur dan berlanjut ke Batu Cave yang nota bene destinasi wajib bagi turis Indonesia.

                            (Batu Cave, a famous Indian Temple in Malaysia. Dok.Sofyan Yudianto)

 Kemudian, kami berkunjung ke Thean Hou Temple (Klenteng Cina) yang terkenal sebagai tempat sakral bagi pasangan muda-mudi etnis Cina yang mau menikah. Setelah puas, kami diantarkan didepan Suria KLCC, dekat Petronas Twin Towers untuk berjumpa dengan kawan saya, Nurhanani Badarrus Shaleh. Speechless saya!. “Peggy Ng and Nicholas Teo, xie xie ni!. Wo xe jen te jen te wo ai both of you!”.  

 
(Thean Hou Temple, a famous Chinese Temple in Kuala Lumpur. Dok.Sofyan Yudianto)

The next thing, Nani menjadi pemandu kami selanjutnya di Menara Kembar yang merupakan simbol kemajuan dan kebanggaan Kuala Lumpur, menemani kami, dan mentraktir kami minum dan makan kudapan di Melur & Thyme. Wah, perut kami hampir tidak muat guys. Setelah bertukar pikiran bersama Nani dan Najwad, tidak terasa sudah 1 jam lebih. Pesan pun masuk via Whatsapp, ternyata teman saya yang lain, Zarifah Chahrom dan Alexander Videm sudah datang. Saya pun keluar dari resto dan memperkenalkan mereka ke Nani dan Najwad. Karena dirasa cukup, mereka berpamitan, tetapi sebelumnya saya memberikan souvenir berupa kaos khas Jogja kepada Nani. “Thank you very much Nani dan Najwad for awesome hospitality”.

(Petronas Twin Towers, a symbol of modernity in Kuala Lumpur. Dok.Sofyan Yudianto)

 Zarifah ingin mengajak saya dan Sofyan untuk dinner. Oh my goodness! Berat badan kami pasti akan naik. Zarifah dan Alex adalah klien yang pernah saya servis saat vacation di Jawa 2 tahun lalu. Saat itu, keluarga besar Alex dari Norwegia juga ikut berwisata. Tidak tanggung-tanggung, 2 minggu mereka habiskan untuk traveling kemari dengan rute Yogyakarta (Prambanan, Kraton Yogya, Tamansari) - Borobudur -  Dieng Plateau - Tawangmangu - Gunung Lawu - Bromo – Ijen. 

Setelah dari Jawa, mereka rehat sejenak beberapa hari di Bali, lalu melanjutkan trip ke Pulau Komodo. Selama 2 minggu bersama mereka, kami mengenal satu sama lain dengan baik. Nah, Desember 2015 kemarin mereka datang lagi ke Indonesia, dengan trip khusus di Pulau Sumatera (Sumatera Utara dan Sumatera Barat), selama 2 minggu lagi!. Wow.

Sebelum berpamitan, saya memberikan buku karangan Trinity edisi bahasa Inggris yang berjudul “The Naked Traveler, Across the Indonesian Archipelago”, dengan harapan jika mereka ada masa, mereka bisa berwisata ke Indonesia lagi dengan destinasi yang berbeda. Mereka juga memberi saya oleh-oleh, berupa gantungan kunci eksklusif Star Wars dari Royal Selangor. Saya senang sekali!. 

Star Wars adalah salah satu film favorit saya. Karena ada janjian dengan teman yang lain (lagi) di Mc Donald Suria KLCC, kami diantarkan kelokasi untuk bertemu dengan Subashini Maniam dan Ram Jay. Setelah saling perkenalan, Zarifah dan Alex berpamitan. “Thank you very much Zarifah and Alexander, hope can meet you again”.  

Akhirnya saya berjumpa lagi dengan Subashini, hanya saja kali ini Subashini sudah menikah pada bulan Februari yang lalu. Pertemuan kami memang singkat, dan tanpa basa – basi saya memberikan lagi buku Trinity sebagai kado pernikahan, yang edisi bahasa Inggris dong tentunya. Dua tahun yang lalu, Subashini dan teman baiknya, Elizaberth Sandasanamy ke Yogyakarta untuk berwisata selama 4 hari.

Karena Elizaberth akan menikah juga pada tahun ini, maka saya titipkan lagi 1 buku Trinity kepada Subashini untuk sahabatnya itu. Saat di Jogja, saya memberikan bonus trip kepada mereka, yaitu melewati Masangin (Masuk diantara Pohon Beringin), di alun-alun selatan Kraton Yogyakarta. Mereka pun sukses. Saya bilang, kalau mereka yakin maka harapan akan terkabul dalam waktu dua tahun, dan menikah adalah harapan mereka, “and this is the year! 2016!. Happy for them! And I am so happy also!”. Setelah dikasih oleh – oleh 1 box donut, kami langsung diantarkan ke kawasan Brickfield, untuk check in di hotel. Karena besoknya, kami harus ke Butterworth via KTM dari Stasiun KL Center. “Thank you very much Suba and Jay. Speechless again!”. 

Hotel tempat kami bermalam yaitu My Hotel, ternyata sudah dibayar oleh teman baik saya yang lain, Hamizan Sahari. Tidak hanya itu saja, tiket KTM dari Kuala Lumpur ke Butterworth juga sudah dibayar oleh Hamizan. Ternyata sebelum berpisah dengan Peggy dan Nicholas, Peggy menyerahkan voucher untuk hotel dan KTM kepada Sofyan. Oh mamamia!.
 
Otomatis saya terkejut. Segera saya mengirim pesan via Whatsapp ke Hamizan. “Thank you very much for your kindness, Hamizan”. Karena waktu yang terbatas, saya dan sofyan tidak bisa berjumpa dengan Hamizan. Kebaikan ini adalah hutang bagi saya. Tentu saya tidak akan lupa untuk membalas budi baik ini kedepannya.”My Malaysian friends thank you so much”. Malaysia dan Indonesia adalah negara satu rumpun satu rantau. Malaysia selalu dihati kami.

Morals of the story: If you have good friends, keep them tight in your heart. When they are treating you well, you have to treat them very well in the next opportunities in the future. 

Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...