Selasa, 30 Oktober 2018

TRAVELING KE ANGKOR WAT (PART II)


Patient +Momentum+Season+Luck = Angkor Wat Sunrise (Private Document)

Hi good readers! Please click this link http://yojalan-jalandab.blogspot.com/2018/10/traveling-ke-angkor-wat-part-i.html  before you read my second story about Traveling ke Angkor Wat Part II. Thank you so much for all good readers who read my story. I got questions about how much expense for this trip and so on. Don’t worry, I will tell you but later ya.  One by one, ok? All right, and the story goes….
Entering the Siem Reap City (quite busy by the way)

Mr. Rith, my Rmok (not Tuk Tuk) driver was working as a freelance employee in Siem Reap International Airport since around a few years ago. His English was very good. I was surprised! He tried to offer me a tour package for Angkor Wat, city tour in Siem Reap, and so on but I said “sorry” because I’ve booked another Rmok driver for 1 full day trip. 
Borobudur, Central Java, Java Island - Indonesia 
Then, I said to him “Don’t be sad. I will promote you on my blog for all my Indonesian readers”. I believe in “karma”. If we are doing the good things, we will get the good things in the future. I’ve learnt about it from Karmawibangga on the gallery panels of reliefs of Borobudur temple in Central Java – Indonesia. I am happy to do this. I am happy writing about this. 
Mr. Rith in front of Happy Guesthouse in Siem Reap, my lovely accommodation 

Jadi, kalau kalian mau jalan-jalan ke Angkor Wat, coba hubungi Mr. Rith yaa?. Sepanjang perjalanan dari bandara Siem Reap ke tempat saya menginap (Happy Guesthouse), saya disuguhi pemandangan sawah yang membentang hijau, rumah-rumah kampung, sapi, dan pemandangan eksotis lainnya. Please check it the video on this link yaa  https://www.youtube.com/watch?v=pYTiCVEVgO0 .

Weladalah, mirip kampung-kampung di Pulau Jawa! Hanya saja di Jawa lebih ramai, lebih modern, dan lebih melek soal fashion.  Di Siem Reap, penduduk lokalnya berpakaian (umumnya) jadul!
 Contact him directly!
Dan, ketika mulai memasuki kota Siem Reap barulah nampak kesibukan sesungguhnya! Turis berseliweran naik bis, motor, sepeda, mengikuti tour menggunakan Rmok, dan banyak juga  yang jalan kaki. Betul! Angkor Wat adalah magnet super negara ini. Ia adalah kebanggaan nasional warga Kamboja, simbol identitas dan filosofi, dan simbol negara! 

Tahun lalu, Kamboja berhasil menarik wisatawan mancanegara hampir 4 juta! Ya, kalau dibandingkan Indonesia, kita jauh lebih unggul dengan hampir 14 juta turis asing. Pariwisata adalah pendapatan terbesar negara Kamboja. 
Kamboja belajar banyak dari pariwisata Thailand. Indonesia juga berbenah banyak sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang memang menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber devisa andalan negara. 
“We arrive, sir!” Mr. Rith membuyarkan pikiran saya saat itu.
“ Here? (ada plang Happy Guesthouse). Very good Mr. Rith! Thank you so much. How do you say thank you in your language?”
“Orkun, sir! Orkun!” jawabnya semangat.
“Ok, orkun Mr. Rith! (saya ngeluarin uang USD 1 sebagai tip). For you!”
“Orkun Sir!” 
Saya belum sarapan dan sangat lapar sekali. Happy Guesthouse ini adalah rumah tinggal milik warga lokal yang termasuk besar dan terdiri atas berbagai tipe kamar untuk para wisatawan. Ada juga kamar untuk keluarga. 
Aplikasi favorit saya adalah www.booking.com karena bisa membayar on the spot. Di depan rumah ada cafĂ© yang juga difungsikan sebagai lobi. Gokil nih! Yang paling saya suka, koneksi wifi sangat cepat.
Saya pesan Cheese Omelet karena memang lagi gak mau makan nasi, dan minumannya Hot Black Coffee.  Harganya pakai USD semua! 2 item ini seharga USD 4 yang kalau dirupiahkan menjadi IDR 60.000 (kurs 1 USD = IDR 15.000). Ini kalau di Jogja, saya sudah makan mewah. 
My room in the second floor
Saat itu resepsionis yang merangkap sebagai chef adalah Miss. Pheam yang cukup bagus bahasa Inggrisnya, dan sangat membantu dalam memberikan informasi seputar destinasi-destinasi disekitar penginapan.  Makanan pun datang dan…
“Wow! This is big omelet with 2 baguettes?!” agak heran saya.
“Yes. It is very common here. That is including. I’ll make your coffee. Please wait”.
“Okay. Thank you so much” saatnya makan.
Wew! Cheese omelet-nya enak sekali dan baguette-nya renyah!. 
Kemudian saya cocol ke kecap asin khas Kamboja yang disediakan diatas meja. Enakk!! Ya, ini baru pertama kali bagi saya makan omelet dengan roti Perancis. Kombinasi yang aneh tetapi rasanya enak lho! Jadi, rahasia omelet-nya terletak pada Kecap Asin Kamboja itu. Kemudian kopi hitam datang. “Oh wow! I love this! Strong!” saya spontan ngomong begitu. Rasa pahit khas robusta yang kuat.
“ You need milk, maybe? Sugar? Too strong?”
“No, no. This is perfect. Wait, is this Cambodian coffee?” 
“Yes, this is local coffee”. Setelah browsing, ternyata memang ada guys!. 
 The gate of Mondulkiri Plantation (www.cambodiancommunityday.org)
Baru tahu saya kalau Kamboja punya perkebunan kopi. Mayoritas perkebunan kopinya adalah robusta, dan memang tidaklah sebesar Indonesia yang lahannya sampai lebih dari 1,2 juta hektar. Perlu kalian ketahui, bahwa Indonesia adalah negara pengekspor kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. 
Kamboja gak masuk hitungan karena memang segmen pasarnya mayoritas untuk domestik dan perkebunannya terpusat di provinsi Mondulkiri, yang berdekatan dengan perbatasan Vietnam. Luas lahannya hanya 30 hektar dengan produktivitas sekitar hampir 4000 ton per tahun. Sehingga wajar jika banyak orang yang tidak tahu soal kopi Kamboja. 
Siem Reap - Cambodia
Pengetahuan baru. Saya juga jadi tahu, kalau lebih dari setengah populasi di negara Kamboja (Total populasi : 17 jutaan) adalah anak muda dibawah umur 25 tahun dan kopi sekarang ini menjadi tren. Sama dengan Thailand dan Indonesia. Perbedaannya, Indonesia dan Thailand sudah memasuki Kopi Gelombang Ketiga (Third Wave Coffee), sedangkan di Kamboja baru saja dimulai.
Siem Reap - Cambodia
Pantas! Selama perjalanan dari bandara cukup banyak kedai-kedai kopi. So, I was satisfied with this brunch (breakfast – lunch) combination! Waktu menunjukkan jam 10.30 am dan setelah berkonsultasi dengan Miss. Pheam , saya memutuskan untuk jalan kaki pada hari pertama di Kamboja. 
 For me, this is more trhan enough!
Saya diperbolehkan untuk early check in! So nice! Kamarnya bagus dan bersih, ada kipas angin, dan shower! Hanya USD 8 lho. 
Sebelum berangkat jalan-jalan, saya melihat ada informasi tentang Royal Apsara Ballet. Karena suka cultural things, saya reservasi untuk menontonnya + dinner buffet + Rmok service (PP) seharga USD 16. 
Saya bertemu dengan Mr. Tan Sok Met sebagai sopir Rmok, yang notabene merupakan kakak ipar dari owner Happy Guesthouse ini. Semuanya berbisnis dipariwisata! Joss!. Tujuan pertama saya adalah Angkor National Museum, kemudian Wat Bo. 

TO BE CONTINUED TO THE PART III (BERSAMBUNG)

Expense (Day 1) in Cambodia:
1. Transfer in by Rmok to Happy Guesthouse : USD 9 + USD 1 (Tip)
2. Happy Guesthouse (spring bed + shower + fan) : USD 8   
3. Brunch (Breakfast Lunch + Drink) : USD 4
4. Royal Apsara + Dinner + Rmok Service PP : USD 16
5. Angkor National Museum : USD 12
6. Beli Buku tentang Angkor Wat : USD 10
7. Mineral water (2 botol) : USD 2
8. Tissue Basah + Deodoran kecil Nivea : USD 2.50
9. Souvenir Magnet Exclusive (2) : USD 3
10. Beer Angkor 2 kaleng : USD 3.50
Total : USD 71



Rabu, 24 Oktober 2018

TRAVELING KE ANGKOR WAT (PART I)


 Angkor Wat Sunrise, Siem Reap - Cambodia (Private Document)
“I knew there are so many travel stories about Angkor Wat on Youtube, websites, blogs, books, and so on. But, I believe everyone has story. This is my story and my experiences in one of ancient world wonders. This trip is dream comes true my friends. Finally, after 2 years since my last trip in Malaysia and Thailand on March 2016, I’ve visited Angkor Wat last week”. 

Tahun ini, saya memutuskan menjadi seorang Solo Traveller. Tidak ada alasan khusus sih, hanya pingin mencoba sendiri saja. Selain itu, rekan sesama professional guide Ofie (Sing Mbaurekso www.ngrumangsani.wordpress.com) sukses melakukan perjalanan seorang diri ke Nepal! Kan, jadi pingin juga saya. Kalau pingin tahu kisahnya Ofie  silahkan cekidot link-nya ya bro and sis!  
Saya sejujurnya terbilang baru lho guys menjadi traveller. Hidup saya berubah semenjak menjadi professional guide pada tahun 2013. Sebelumnya, saya adalah seorang guru (kontrak) di beberapa sekolah. Saat menjadi guru, mana sempat saya kepikiran jalan-jalan keluar negeri. Uang hanya cukup untuk biaya hidup saja. Boro-boro kepikiran Angkor Wat!. Jadi, saya sangat bersyukur sekali dengan apa yang saya jalani sekarang.

Tapi guys, semua ada prosesnya. Proses adalah keniscayaan, proses memerlukan waktu. Dan, setiap manusia memiliki proses laku hidupnya masing-masing. Travelling mengajarkan saya untuk lebih memahami arti proses dan waktu itu. Serta lebih menghargainya.

 Sebenarnya saya terbilang terlambat menekuni profesi ini jika dibandingkan dengan orang lain. Namun, pecayalah. Semua akan indah pada waktunya. Never lose hope. Yah, jadi curhat kan sayaa. Ok, sekarang gak usah serius-serius mikirin hidup. 
Thanks for Air Asia! Because now everyone can fly! Gak kebayang deh kalau gak ada Air Asia. Of course, Air Asia adalah andalan saya untuk trip ini. Setelah transit 1 hari di Malaysia dan jalan-jalan ke Petronas Twin Towers, tanggal 17 oktober terbanglah saya ke Siem Reap dan jam 08.40 am akhirnya sampai deh! Perlu dicatat bahwa Kamboja dan Vietnam tidak memiliki perbedaan waktu dengan Indonesia. 
Ada sedikit kejadian deg deg ser sebelum landing, karena saat itu awannya tebal sekali. Saat pesawat menabrak awan, guncangannya sangat terasa sehingga beberapa penumpang teriak! Thanks God, I am still alive. 

“This is Siem Reap International Airport? Wah, looks like airport in Yogyakarta! It is Simple and small”. Semua turis harus mengisi form of declaration yang telah diberikan oleh pihak maskapai dan tentu saja saya sudah siap. 
Asyiknya, orang Indonesia tidak perlu visa apapun untuk memasuki Kamboja. Tetapi bule-bule disediakan antrian khusus untuk Visa on Arrival. Kasian deh lho, makan tuh antrian (jahat banget yak?).
Saya dan para turis dari Malaysia langsung berjalan ke bagian imigrasi.
“Good morning, Sir” Saya menyapa duluan.
“Morning (sambil melihat passport yang saya berikan). Oh, from Indonesia? Is it your country beautiful?” Penasaran dia.
“Very beautiful! Especially Java and Bali Islands” Promosilah saya. Guide gitu loh.
“What about beer?” Kayaknya dia hobi banget minum bir.
“Beer is everywhere in Bali. Very easy to find it. In Java, a little bit difficult but people can buy beer. No problem” Promosi dong!
“Welcome to Cambodia!”
“Thank you very much, Sir” Lancar! Hanya diajak ngobrol dan scan dua jari. Selesai. Mengesankan!
Saya tidak terburu-buru saat itu. Biarin saja lah para turis Malaysia pergi duluan.  Santai dan foto-foto Jack!. Eh, ada tempat duduk! Iseng-iseng nyalain wifi. Horee…ada! Umumnya, di bandara internasional ada wifi tapi, ahh…kacrut! Lemot! Hanya bisa Whatsapp saja. Mending lah, daripada gak sama sekali. 
Setelah belasan menit berlalu…bandara pun jadi ramai! Wew, Chinese tourists! And you know the brochures and map of Siem Reap mostly in Chinese characters! Oh my Gosh! What’s wrong with English? 
Tetapi saya berusaha memahami dari sudut pandang yang lain. Turis dari Tiongkok memang umumnya kaya dan mereka suka jalan-jalan. Sehingga wajar, jika pemerintah Kamboja menargetkan wisatawan Tiongkok. Indonesia juga sama kok. 
Sejak dua tahun terakhir, Menteri Pariwisata Indonesia, Pak Arief Yahya menargetkan turis Tiongkok juga. Kita terlambat jika dibandingkan dengan Thailand yang sudah merasakan manisnya pasar Tiongkok sejak lebih dari 5 tahun lalu. Apa saya harus belajar Bahasa Mandarin? 
Dan, bandara Siem Reap menjadi berisik! Karena sudah tidak nyaman, saya kabur sajalah! Saya tukar uang USD 50 ke Authorized Money Changer di bandara, dan dapat sekitar Riel 230 ribuan. Yeah! Good price! Hanya untuk jaga-jaga. Saya dapat informasi dari banyak blogger bahwa Kamboja menggunakan mata uang USD juga untuk transaksi.
 Kemudian, saya menyewa Rmok (sejenis Andong Motor yang dimodifikasi) seharga USD 9 ke Happy Guesthouse tempat saya menginap yang terletak dekat dengan kota Siem Reap. Tarif resmi, kerjasama dengan pemerintah untuk mensejahterakan warga lokal, and I didn’t mind at all with the price! Baik Money Changer dan Rmok Service semua masih di dalam bandara. Sangat membantu! Remember, it is called Rmok not Tuk – Tuk! 
Nama sopir Rmok untuk transit ke guesthouse adalah Mr. Rith. Bagi yang mau mengontak dia silahkan langsung saja di Whatssapp yaa. Bahasa Inggrisnya termasuk bagus dan dia asli orang lokal. Kalau mau yang muslim, nanti akan saya cantumkan juga nama dan kontak hpnya yaa. Tetapi ditulisan berikutnya saja. 
Dan dari sinilah petualangan Sun Wu Kong dimulai….wekekekeke (Bersambung). TO BE CONTINUED TO PART II



Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...