Angkor Wat Sunrise, Siem Reap - Cambodia (Private Document)
“I knew there are so many travel stories about Angkor Wat on Youtube, websites, blogs, books, and so on. But, I believe everyone has story. This is my story and my experiences in one of ancient world wonders. This trip is dream comes true my friends. Finally, after 2 years since my last trip in Malaysia and Thailand on March 2016, I’ve visited Angkor Wat last week”.
Tahun ini, saya memutuskan menjadi seorang Solo Traveller. Tidak ada alasan khusus sih, hanya pingin mencoba sendiri saja. Selain itu, rekan sesama professional guide Ofie (Sing Mbaurekso www.ngrumangsani.wordpress.com) sukses melakukan perjalanan seorang diri ke Nepal! Kan, jadi pingin juga saya. Kalau pingin tahu kisahnya Ofie silahkan cekidot link-nya ya bro and sis!
Saya sejujurnya terbilang baru lho guys menjadi traveller. Hidup saya berubah semenjak menjadi professional guide pada tahun 2013. Sebelumnya, saya adalah seorang guru (kontrak) di beberapa sekolah. Saat menjadi guru, mana sempat saya kepikiran jalan-jalan keluar negeri. Uang hanya cukup untuk biaya hidup saja. Boro-boro kepikiran Angkor Wat!. Jadi, saya sangat bersyukur sekali dengan apa yang saya jalani sekarang.
Tapi guys, semua ada prosesnya. Proses adalah keniscayaan, proses memerlukan waktu. Dan, setiap manusia memiliki proses laku hidupnya masing-masing. Travelling mengajarkan saya untuk lebih memahami arti proses dan waktu itu. Serta lebih menghargainya.
Sebenarnya saya terbilang terlambat menekuni profesi ini jika dibandingkan dengan orang lain. Namun, pecayalah. Semua akan indah pada waktunya. Never lose hope. Yah, jadi curhat kan sayaa. Ok, sekarang gak usah serius-serius mikirin hidup.
Thanks for Air Asia! Because now everyone can fly! Gak kebayang deh kalau gak ada Air Asia. Of course, Air Asia adalah andalan saya untuk trip ini. Setelah transit 1 hari di Malaysia dan jalan-jalan ke Petronas Twin Towers, tanggal 17 oktober terbanglah saya ke Siem Reap dan jam 08.40 am akhirnya sampai deh! Perlu dicatat bahwa Kamboja dan Vietnam tidak memiliki perbedaan waktu dengan Indonesia.
Ada sedikit kejadian deg deg ser sebelum landing, karena saat itu awannya tebal sekali. Saat pesawat menabrak awan, guncangannya sangat terasa sehingga beberapa penumpang teriak! Thanks God, I am still alive.
“This is Siem Reap International Airport? Wah, looks like airport in Yogyakarta! It is Simple and small”. Semua turis harus mengisi form of declaration yang telah diberikan oleh pihak maskapai dan tentu saja saya sudah siap.
Asyiknya, orang Indonesia tidak perlu visa apapun untuk memasuki Kamboja. Tetapi bule-bule disediakan antrian khusus untuk Visa on Arrival. Kasian deh lho, makan tuh antrian (jahat banget yak?).
Saya dan para turis dari Malaysia langsung berjalan ke bagian imigrasi.
“Good morning, Sir” Saya menyapa duluan.
“Morning (sambil melihat passport yang saya berikan). Oh, from Indonesia? Is it your country beautiful?” Penasaran dia.
“Very beautiful! Especially Java and Bali Islands” Promosilah saya. Guide gitu loh.
“What about beer?” Kayaknya dia hobi banget minum bir.
“Beer is everywhere in Bali. Very easy to find it. In Java, a little bit difficult but people can buy beer. No problem” Promosi dong!
“Welcome to Cambodia!”
“Thank you very much, Sir” Lancar! Hanya diajak ngobrol dan scan dua jari. Selesai. Mengesankan!
Saya tidak terburu-buru saat itu. Biarin saja lah para turis Malaysia pergi duluan. Santai dan foto-foto Jack!. Eh, ada tempat duduk! Iseng-iseng nyalain wifi. Horee…ada! Umumnya, di bandara internasional ada wifi tapi, ahh…kacrut! Lemot! Hanya bisa Whatsapp saja. Mending lah, daripada gak sama sekali.
Setelah belasan menit berlalu…bandara pun jadi ramai! Wew, Chinese tourists! And you know the brochures and map of Siem Reap mostly in Chinese characters! Oh my Gosh! What’s wrong with English?
Tetapi saya berusaha memahami dari sudut pandang yang lain. Turis dari Tiongkok memang umumnya kaya dan mereka suka jalan-jalan. Sehingga wajar, jika pemerintah Kamboja menargetkan wisatawan Tiongkok. Indonesia juga sama kok.
Sejak dua tahun terakhir, Menteri Pariwisata Indonesia, Pak Arief Yahya menargetkan turis Tiongkok juga. Kita terlambat jika dibandingkan dengan Thailand yang sudah merasakan manisnya pasar Tiongkok sejak lebih dari 5 tahun lalu. Apa saya harus belajar Bahasa Mandarin?
Dan, bandara Siem Reap menjadi berisik! Karena sudah tidak nyaman, saya kabur sajalah! Saya tukar uang USD 50 ke Authorized Money Changer di bandara, dan dapat sekitar Riel 230 ribuan. Yeah! Good price! Hanya untuk jaga-jaga. Saya dapat informasi dari banyak blogger bahwa Kamboja menggunakan mata uang USD juga untuk transaksi.
Kemudian, saya menyewa Rmok (sejenis Andong Motor yang dimodifikasi) seharga USD 9 ke Happy Guesthouse tempat saya menginap yang terletak dekat dengan kota Siem Reap. Tarif resmi, kerjasama dengan pemerintah untuk mensejahterakan warga lokal, and I didn’t mind at all with the price! Baik Money Changer dan Rmok Service semua masih di dalam bandara. Sangat membantu! Remember, it is called Rmok not Tuk – Tuk!
Nama sopir Rmok untuk transit ke guesthouse adalah Mr. Rith. Bagi yang mau mengontak dia silahkan langsung saja di Whatssapp yaa. Bahasa Inggrisnya termasuk bagus dan dia asli orang lokal. Kalau mau yang muslim, nanti akan saya cantumkan juga nama dan kontak hpnya yaa. Tetapi ditulisan berikutnya saja.
Dan dari sinilah petualangan Sun Wu Kong dimulai….wekekekeke (Bersambung). TO BE CONTINUED TO PART II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar