Minggu, 27 Maret 2016

Tentang “Traveling” dan “Lifestyle”…



Hai guys? Traveling saat ini di Indonesia menjadi lifestyle. “Tidak keren kalau tidak traveling”, begitu kata orang-orang. Bagi saya, apapun alasan anda melancong itu sah-sah saja. Untuk pamer ke teman-teman via media sosial? Ingin populer? Mencari ilmu dan pengalaman? Proyek buku baru? Rekreasi? Bisnis? Sekedar hobi? Selingkuh? Pencarian jati diri? Foto pre wedding? Untuk kepentingan acara gossip di TV? Mabuk-mabukan di negara orang? Untuk sex experience or married experience? Ingin pesta-pesta? Main judi di kasino? Sah!. Selama kalian punya uang, kalian bisa traveling kemana saja dengan motif apapun, dan dengan segala konsekuensi dan risikonya. “Everything has consequences”. Kemudian, timbullah suatu pertanyaan.

“Because your money is yours, so you can decide about what kind of traveling styles do you like?”. Backpacking? Flashpacking? Gap-packing? Luxurious traveling? Cruise?, up to you guys. You wanna be backpacker? Beer-packer? Sex-packer? Glam-packer?, up to you guys. But for me, I just wanna be a traveler, and then I am traveling”. Saya tidak mau yang mewah, tetapi juga tidak mau yang gembel-gembel banget seperti mayoritas para Bulre alias Bule Kere (Poor White People) di Khao San Road, melainkan menjadi pelancong yang kondisional dan proporsional saja, sesuai keperluan. It depends on your time, your will and your money when you are traveling. Saya ada pengalaman selama 5 hari di kota Bangkok, di bulan maret 2016 ini.
(Resting point in Chiang Rai Province, Thailand)

Hampir semua transportasi di Thailand, khususnya kota Bangkok sudah saya coba. Mulai dari kereta api, Tuk-Tuk, taksi motor, BTS SkyTrain, MRT, taksi, menyewa motor, minivan dan bis VIP, juga Chao Phraya Express Boat, serta bis kota kelas ekonomi. Bahkan, menikmati beberapa destinasi terkenal di kota Bangkok dengan jalan kaki sampai belasan kilometer pun, saya lakukan. Pertanyaan-nya kenapa? Karena saya pelancong, saya mau dan saya mampu melakukannya.  

Ya, sesederhana itu guys. Ada satu alasan lagi sih, karena saya ini seorang guide alias pemandu wisata atau pramuwisata. Saya harus paham sistim transportasi di Bangkok, agar ketika kedepan membawa klien dari Indonesia ke Bangkok, maka saya tau apa yang harus saya lakukan.

Kelas ekonomi menengah keatas di Indonesia, sudah beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, sehingga banyak orang Indonesia, khususnya yang tinggal di kota-kota besar yang ingin traveling. Kemudian, muncullah fenomena menjamurnya buku-buku panduan perjalanan dengan ciri khasnya masing-masing. Sebagian penulis adalah living legends, dan sebagian yang lain merupakan pendatang baru.

Ada buku yang ditulis oleh orang Indonesia yang lama tinggal disuatu negara, ada buku gimana caranya bisa ke beberapa destinasi atau negara dengan bujet sekian, ada yang terang-terangan menuliskan “backpacking” pada judul bukunya, ada buku yang fokus mengulas satu negara, ada buku yang mengedepankan cerita berdasarkan pengalaman pribadi, ada buku yang mengulas pengalaman traveling bersama pasangan (so sweet), ada buku traveling yang mengharu biru dan drama, ada yang bergaya jurnalistik dan terkesan agak serius, dan lain-lain. Saya bisa menuliskan hal ini, karena saya memiliki buku-buku tersebut. Bagi saya, itu sah-sah saja. Mereka berkarya, dan harus terus didukung.

Salah satu penulis buku traveling tersebut ada yang sudah go international dan bukunya telah menjadi best seller, dan sebagai orang Indonesia saya bangga, kita semua bangga. Dimasa negara kita tercinta yang sedang mengalami berbagai ujian ini, traveling merupakan salah satu cara juga bagi kita untuk menaikkan harkat, derajad, dan martabat sebagai warga negara Indonesia didalam persaingan global. Traveling juga dapat dijadikan ajang promosi secara langsung kepada orang asing atau lokal yang kita temui. Traveling memang menjadi gaya hidup, dan saya bangga dengan lifestyle ini. 

 (Borobudur Sunrise. This picture is taken by Ang Gaik Hoon, my friend from Malaysia)

Di Indonesia sendiri ada banyak destinasi indah yang menunggu untuk dieksplorasi, dan dinikmati kecantikannya. Pemerintah Indonesia juga gencar melakukan promosi hingga keluar negeri, atau via internet seperti situs YouTube. “Please check it out on YouTube, Wonderful Indonesia North Sumatera, West Sumatera, Jakarta, West Java, Yogyakarta, East Java, Bali, Lombok, Flores, Tana Toraja, Komodo & Labuan Bajo, and West Papua”.  

Bagi saya traveling itu nikmat, dan memang tidak harus keluar negeri. Sekali lagi, itu semua tergantung kemauan, kemampuan, dan kondisi setiap traveler yang berbeda-beda. Jadi, ayo traveling kemanapun kalian suka, dengan gaya apapun yang kalian mau. Nikmati hidupmu, karena hidup ini hanya sebentar. Karena, “life is traveling”.

Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...