Jumat, 25 Maret 2016

About Indonesian Rupiah (IDR)...



Halo Guys? Dua minggu lebih tidak menerbitkan tulisan di blog ini, dan saya rindu karenanya. Entah mengapa ide yang muncul dari dalam pikiran saya adalah soal mata uang kita tercinta, Rupiah. Saya cinta Indonesia, karena saya lahir di negara ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan tentu saja saya cinta rupiah sebagai mata uang yang sah di Indonesia. Dalam dunia valuta asing alias valas (foreign exchange), nama mata uang rupiah disingkat menjadi IDR (Indonesian Rupiah), dan bagi kalangan para traveler dari mancanegara, mata uang kita ini cukup terkenal akan nominalnya yang mayoritas membuat mereka bingung, serta membuat mereka menjadi “millionaire” di Indonesia.

 Kata mereka “too many zero”. Saya pun merespon, “too many zero sir/madam? You have to search Google and you will know if Vietnam Dong is the worst one in Southeast Asia. You will more confuse, but in Vietnam you can use USD”.

Sebagai seorang pemandu wisata, pada hari pertama bertemu klien di bandara ada beberapa ritual wajib yang biasa saya lakukan seperti menyapa dengan senyuman dan memperkenalkan diri, menanyakan kepada tamu apakah ingin ke toilet sebelum memulai tur, menjelaskan secara singkat tentang itinerary, dan apakah sudah mempunyai rupiah sebagai alat pembayaran resmi di Indonesia.

Sejak tanggal 1 Juli 2014, pemerintah Indonesia mewajibkan menggunakan mata uang rupiah bagi semua transaksi yang dilakukan di Indonesia. Hal ini berlaku untuk semua insan pariwisata juga tentunya, baik itu perhotelan, travel agen, restoran, dan pembelian cinderamata alias souvenir. Terkadang penggunaan mata uang asing untuk membeli souvenir atau membayar makanan di restoran masih diperbolehkan tetapi rate nya tidaklah baik, itulah mengapa saya selalu menyarankan klien saya untuk harus memiliki rupiah.

“Indonesia right now is not like Cambodia or Vietnam which you can use USD or Euro for your transactions in traveling sir/madam” kata saya. Dan selalu mereka respon dengan pertanyaan “why?”. “Because this is about pride,  and one of the Indonesian government policies against foreign exchange, especially USD”. Ketika sudah memiliki rupiah, maka saya menjelaskan dan memberi contoh kasus bagaimana mereka bisa menggunakannya secara bijak, dengan nada setengah bercanda.

“ You can use IDR 100, IDR 200, and IDR 500 for buying small candy. IDR 1000 and IDR 2000 are for toilet. IDR 5000 is for motor parking fee and IDR 10.000 for car parking fee in Prambanan and Borobudur temples. IDR 20.000 is for buying a good portion of Mie Ayam (Indonesian Chicken Noodles) or Bakso (Indonesian Meat Balls Soup), IDR 50.000 is for a good portion of Mie Ayam in Madam Tan Restaurant Yogyakarta, and IDR 100.000 for two portions, of course”. Dan, klien saya pun tersenyum atau tertawa. Penjelasan ini menurut saya penting, sehingga klien paham dan jangan sampai memberi tipping dengan uang IDR 2000. “That is not good”. 

Pengalaman terbaru, saat saya traveling ke Thailand sejak tanggal 9 – 21 maret 2016. Sebenarnya saya membawa uang cukup dalam bentuk Thailand Baht (THB) dari Indonesia, tetapi karena sesuatu yang “unexpected” dalam traveling,  membuat saya harus memiliki Thailand Baht lagi. Sangat disayangkan apabila menukarkan USD yang saya miliki, maka iseng-iseng saya menukarkan IDR 150.000 ke money changer terdekat dari apartemen pacarnya teman saya, di daerah On Nut, Bangkok. Dan, ditolak!. “I am so sad”. Kata petugasnya, “Singapore Dollar okay, US Dollar okay, Euro okay, but Indonesian Rupiah no”. Indonesian Rupiah (IDR) di Thailand mungkin dibeberapa tempat masih laku, seperti di pasar tradisional tapi percayalah jangan terlalu berharap banyak.
(This picture is taken by Sofyan Yudianto, my friend from Genteng, Banyuwangi, East Java)

Lain di Thailand, lain pula di Malaysia. Di Malaysia, khususnya di Pulau Pinang yang terkenal akan situs heritage seperti Georgetown itu, Indonesian Rupiah (IDR) disejajarkan dengan USD pada papan nama alias nameplate di salah satu authorized money changer disana. Saya dan rekan seperjalanan saya, Sofyan melihat hal itu heran. Bisa jadi ini adalah marketing strategy, agar para pekerja dari Indonesia di Pulau Pinang mau menukarkan mata uang rupiah disana. Ini unik, dan apapun alasannya, mungkin hanya di Malaysia ada money changer yang mensejajarkan IDR dengan USD,  Ya, bagaimanapun Malaysia itu adalah negara satu rumpun, satu rantau.

Kalau saya pribadi lebih menyukai jika nominal IDR dipotong, mungkin maksimal menjadi IDR 1000 seperti Thailand Baht (THB) dan Philippine Peso (PHP) atau IDR 100 seperti Malaysian Ringgit (MYR). “I hope, in the future Indonesian government will  cut the zero”.

Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...