Kamis, 28 Januari 2016

Jalan-Jalan ke Brunei Darussalam (4)



(Hari Ketiga : Wisata Kampong Ayer)


Dari empat besar bahasa daerah di Brunei Darussalam (Brunei Muara – Temburong- Tutong – Belait), peranan Bahasa Melayu adalah lingua franca , selayaknya Bahasa Indonesia guys. Pantas saja, ketika Bang Lani ngobrol dengan kawan-kawannya menggunakan bahasa daerah mereka, kami hanya mlonga-mlongo .  It is totally different than Bahasa Melayu. Ibaratnya kalau di negara kita, bagaikan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Madura guys.  Setelah puas mengunjungi Masjid Omar Ali dan istirahat, keesokan harinya kami pergi  ke Kampong Ayer (Kampung Air). 

 “Wah seperti di Banjarmasin ya?” komentar saya spontan, saat kami tiba di dermaga. Halim yang mendengar langsung mengangguk, mengingat ibunya asli Banjarmasin. Di dermaga, Bang Lani langsung menyewa traditional boat bermesin diesel untuk kami.  Duh, jadi gak enak. Niat kami ingin iuran, eh malah ditraktir. Makasih ya Bang Lani? He he. Memang kalau sudah rizki tidak akan kemana ya guys. Ditraktir seperti ini oleh Tuan Rumah, maka sayapun berniat dalam hati akan memberikan tip untuk si pemilik boat, Bang Haji namanya. Tapi bukan Bang Haji Rhoma Irama ya? he he. By the way, saya bukanlah traveler yang anti tip

Saya adalah seorang guide, dan dalam dunia pariwisata tiping adalah hal biasa. Apalagi saya sudah berjanji dengan diri saya sendiri, untuk menjadi seorang traveler yang baik. Apabila mendapatkan pelayanan bagus, saya pasti memberikan tip yang bagus. Kata siapa traveler dari Indonesia tidak mampu nge-tip?. Walaupun saya traveler biasa, tapi kalau nge-tip ke local guide, saya mampu ngasih lebih besar daripada traveler dari Singapura atau Perancis yang terkenal pelit (kebanyakan kasus seperti itu). Dalam hati, saya membatin. “Bang Haji, this is your lucky day”


Lima orangpun memenuhi boat, dan eksplorasi Kampung Air dimulai. Kesan pertama saya mengamati Kampung ini, awalnya biasa saja. Maklum guys, di Indonesia negara kita tercinta, Kampung seperti ini ada banyak. Cobalah kunjungi Sungai Musi Rawas di Sumatera Selatan, atau Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Perbedaannya, kalau di Brunei tidak ada Pasar Terapung alias Floating Market. Tetapi alangkah terkejutnya saya, ternyata memang bagus guys Kampung Air di Brunei ini.



Gimana enggak?. Disini ada sekolahan yang besar, musium, rumah sakit, masjid, dekat Istana Lama, dekat Istana Nurul Iman, dan setiap rumah ada AC  serta TV. Modern lagi perkampungan-nya, dan jauh dari kesan kumuh guys. Disamping itu, untuk menambah keindahan, banyak yang menanam bunga didalam pot dan diletakkan didepan rumah masing-masing. Sayangnya, banyak traveler dari Indonesia ke Brunei, hanya mendatangi Kampung Air Lama. Padahal, disebelah barat ada permukiman Kampung Air Baru yang paling bagus bangunannya. 



Dari informasi yang kami dapatkan, dibangunnya Kampung Air Baru ,dikarenakan sebagian Kampung Air Lama kebakaran. Lalu, Sang Sultan segera membangun permukiman baru bagi warga yang menjadi korban. Baik banget ya?. Kelemahan Kampung Air Lama adalah antara rumah yang satu dengan yang lain terlalu dekat, sehingga bila terjadi arus pendek  atau faktor human error, memang sangatlah fatal akibatnya. Yang saya salut, perhatian Sultan Brunei  kepada rakyatnya ini,  sangatlah bagus. Kebaikan Sultan Brunei Ini, mengingatkan saya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta.

Setelah erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010, Yogyakarta banyak mendapatkan bantuan dana baik dari dalam maupun luar negeri. Atas kebijakan Pak Sultan, dibuatlah suatu pemukiman baru yang aman dan jauh dari rute lava atau istilah beken-nya adalah relokasi , bagi warga yang terdampak erupsi. Selain itu, setiap keluarga mendapatkan jatah sapi 1 ekor. Total ada 3000 sapi guys!. Walaupun rumah yang dibangun tidak 100% jadi, namun sudah layak huni. Wajar apabila saya membandingkan, karena di Indonesia juga masih ada satu sultan yang berkuasa. Baik Sultan Brunei dan Sultan Jogja, menurut saya sama-sama responsif dan  peduli dengan rakyatnya. Bravo.  

Lagi asyik-asyik-nya saya merekam video,tiba-tiba kami merasakan speed boat melaju semakin kencang dan kencang!. Kamipun kaget, lalu berpegangan dan teriak-teriak guys. “Oh my God! Bang Hajiiii pelan-pelan Bang Haji!!”. Yang paling heboh adalah saya dan Halim, sedangkan Asep dengan wajah pucat pasi hanya diam dan berpegangan erat. Wah ini gimana kalau speed boat-nya terbalik,bakal rusak semua ini kameranya. Apalagi Bang lani bercerita, bahwa Kampung Air dulu banyak buayanya. Gimana enggak ngeri coy!. 

Teriakan kami tidak digubris. Wealah asem tenan!. Bang Haji bukannya memperlambat , malah semakin dipercepat sehingga hampir setengah badan boat terangkat, dan guncangannya cukup keras. “Waaaaa!! Ampun Bang Haji!! Ampun!!” saya yang paling histeris. Sungguh memalukan kalau ingat peristiwa itu. Kemudian saya sempatkan untuk menoleh ke belakang. Bang Haji dan Bang Lani tertawa terkekeh-kekeh!. Wuahh, sialan!. Kami dikerjain ternyata. Mana baju kami pada basah lagi. 

Benar-benar kurang kerjaan ini Bang Lani, tetapi saya paham maksudnya. Bang Lani ingin memberikan kesan yang memorable kepada kami. Setelah puas mengeksplorasi Kampung Air Lama dan Baru, perut kami  terasa lapar. Kemudian, sebelum menuju ke Yayasan Hassanal Bolkiah yang nota bene merupakan bangunan mal terkenal di Bandar sri Begawan, saya memberikan tip kepada Bang Haji. “Thank you very much Bang Haji, and this is for you!” saya memberikan uang 1 lembar yang nilainya (rahasia). He he. Untuk satu atraksi wisata, tip yang saya berikan sangatlah bagus. Turis Singapura pun lewat.  Bang Haji tersenyum dan bilang “Terima kasih nak!”


“Gimana bro? bagus kan bro? suka kan?” Bang Lani senyam-senyum dan tertawa geli.
“Bagus Bang Lani!” saya acungkan jempol. Wajah saya pucat saat itu. Sport jantung!. Kampung Air adalah eksplorasi wisata perkampungan atas air terbaik, yang pernah saya rasakan. Very, very recommended destination guys. 

bersambung

2 komentar:

D4rKCoD3 mengatakan...

Kg ayer dulunya ada floating market(padian)yg memakai perahu kecil (jumpung)bahasa brunei,kalau tak silap dibanjar di pangil jukung.akhir thn 80an msh ada.

D4rKCoD3 mengatakan...

Kg ayer dulunya ada floating market(padian)yg memakai perahu kecil (jumpung)bahasa brunei,kalau tak silap dibanjar di pangil jukung.akhir thn 80an msh ada.

Entri yang Diunggulkan

Kawah Ijen

(A volcano with green lake, sulfur mining, blue fire, and amazing trekking route) If you are reading my articles, you will ge...