Hello Good Readers! Let’s say goodbye 2018 and welcome 2019! I was happy with 2018 and also sad. It was because of natural disasters happened in Indonesia. The latest one was eruption from Anak Krakatau (Child of Krakatoa) in the middle of the sea (Sunda Strait), between Sumatera Island and Java Island. As a Javanese-Indonesian, I really understood the consequence living in this country especially Java Island. My big condolence for all the victims and May Peace belong to them. Amen.
For new readers, please open this link… before reading this so that you will get more understanding. Please use a translate feature powered by Google and choose a language you like. I am writing about this for sharing. That’s it.
Tahun 2018 menjadi tahun terbaik sesuai yang saya inginkan dan juga saya mendapatkan kejutan. Terima kasih Tuhan, terima kasih semesta. Tahun 2018 adalah tahun spiritual. Apapun yang kita alami pada tahun ini (sedih atau bahagia), sebenarnya adalah ujian untuk memperkuat kecerdasan spiritual kita.
Ujian setiap manusia berbeda-beda tergantung Qodo (Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Tuhan) dan Qodar (Ukuran atau daya tampung). Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada manusia diluar batas kesanggupannya.Sesungguhmya yang namanya jodoh, rizki, dan mati adalah rahasia Tuhan. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha. BERDOA DAN BERUSAHA.
Hal-hal yang saya tulis tentang 2018 dan 2019 adalah interpretasi murni dari apa yang saya pelajari dan pahami melalui tanda-tanda (the signs) yang diberikan oleh Tuhan melalui alam semesta (makro dan mikro kosmos). Jadi, jangan anggap saya dukun ya! he he he.
‘The 6th Sense’ atau Indera Keenam itu memang ada. Ini hal yang biasa atau lumrah sebenarnya dan merupakan sebagian kecil Ilmu Tuhan. Hanya saja, terkadang masyarakat kita terlalu berlebihan dalam menanggapinya (karena ada faktor dari budaya-budaya populer dan media juga sih).
Setiap orang memiliki keahlian khas (special ability) yang berbeda dalam hal ini. Tidak selalu sama. Saya pernah dikatakan oleh seseorang bahwa saya punya bakat, tetapi tidak diasah. Saya sadar, bahwa saya harus sering berlatih.
Lalu bagaimana filosofi tahun 2019 ini? Saya akan coba kupas satu persatu. Berdasarkan sudut pandang ‘Matahari’ atau ‘Surya’. Sedangkan dari sudut pandang ‘Bulan’ atau ‘Candra’, saya belum mempelajarinya. Jadi, ini adalah interpretasi murni saya, berdasarkan numerologi matahari. Sifatnya tidak mutlak.
Angka 2 adalah simbol dualisme dunia demi keseimbangan, angka 0 adalah keheningan atau kehampaan (emptiness/Sunyata) yang bisa juga diartikan meditasi dan konsentrasi, angka 1 adalah Yang Maha Esa (Tuhan) atau “manunggal”, angka 9 adalah enerji delapan arah mata angin yang terpusat dititik inti demi keseimbangan dan kekuatan. Secara umum inilah filosofi 2019.
Angka 2. Yang kita harus pahami bersama bahwa hidup dan kehidupan ini memiliki siklus. Terjadinya siang dan malam, adanya matahari dan bulan, api dan air, langit dan bumi, mikro kosmos dan makro kosmos, baik dan jahat, serta peradaban gelap dan terang disebut sebagai “Cokro Manggilingan”.
Semuanya memiliki masa (waktu) demi keseimbangan yang terjadi di alam dunia atau semesta maupun alam ruhani atau spiritual. Alam “abu-abu” atau Alam Tengah juga merupakan bagian dari prinsip ini. Suatu proses transisi. Dualisme juga memiliki sisi tengah. Ini menurut interpretasi saya.
Filosofi 0. Hidup sejatinya adalah ilusi bila dilihat dari sudut pandang makro kosmos. Intinya “we are just dust in this universe”. Bila dilihat dari kacamata bumi, hidup ini penuh dengan “kemelakatan” atau keinginan-keinginan duniawi yang bersifat kesenangan jasad. Nikmat memang tetapi semu dan lama-lama akan menuju titik jenuh. Mencari kesenangan dunia itu boleh, karena kita manusia. Sah-sah saja.
Keheningan atau kehampaan, meditasi dan konsentrasi sangat diperlukan demi menyeimbangkan dan mengontrol keinginan-keinginan duniawi tersebut. Caranya pun bermacam-macam. Tergantung manusianya. Itulah filosofi angka 0 bagi saya. Tidak ada justifikasi disini. Karena hanya Tuhan yang berhak menjadi Sang Hakim Sejati. Hukum Karma berlaku. “Ngunduh Wohing Pakarti, Becik Ketitik Olo Ketoro”.
Angka 1. Bahwa setiap manusia memiliki sifat “ketuhanan” didalam dirinya terlepas dari apa warna kulitnya, sukunya, agama atau kepercayaannya, bangsanya, rasnya, dll. Sifat “ketuhanan” ini atau istilah lainnya adalah “God Spot” terletak di kecerdasan spiritual.
Sifat ini bisa “dipupuk” dengan berbagai macam metode tergantung dari manusia tersebut. Contohnya sifat “welas-asih”. Ini adalah sifat universal yang bisa dimiliki oleh siapapun. Upaya untuk “memupuk” sifat tersebut merupakan salah satu contoh dari “manunggal”. Hubungan manusia dengan apa yang dia percayai.
Angka 9 merupakan kesatuan dari enerji 8 arah mata angin demi keseimbangan spiritual khususnya, yang akan berdampak pada keseimbangan raga maupun rejeki. Spiritual yang baik, raga yang baik, dan rejeki yang baik. Salah satu rahasia rejeki adalah berjalan paralel dengan kualitas diri. Semakin terus mengasah diri, maka rejeki akan mengikuti. Saya sendiri sudah membuktikannya.
Namun, niatnya harus ikhlas, tulus dan murni demi pengabdian kepada Tuhan. Maka, rejeki akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka apakah itu dari timur, barat, utara, atau selatan. Pada prinsipnya, tidak akan berubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau berubah.
Bencana karena ulah manusia, adalah hukum sebab-akibat yang disebabkan oleh manusia. Bencana dari alam seperti erupsi, gempa bumi, atau tsunami adalah cara alam menyeimbangkan dirinya sendiri. Kita sebagai manusia diminta memahami akan hal ini. Bencana karena ulah manusia sangat merugikan alam dan lingkungan, sehingga menyebabkan manusia-manusia dan mahluk lainnya turut menjadi korban.
Akan ada gunung berapi yang meletus lagi pada tahun 2019 ini…
Manusia Indonesia diminta selalu ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap tanda-tanda dari alam. Kita diminta selalu berusaha selaras dengan alam dan jangan menentang alam. Saya mendapat visi bahwa tahun 2019 akan ada gunung berapi yang meletus. Saya tidak tahu dimana lokasinya tetapi gambaran lava pijar yang merah menyala dari sebuah gunung menunjukkan jelas akan hal ini.
Ikuti himbauan dari pemerintah. Karena kalau soal gunung berapi, pemerintah memiliki tenaga ahli dan teknologi yang mumpuni. Gunung Agung yang erupsi tahun lalu di Bali, setahu saya tidak menimbulkan korban jiwa karena masyarakatnya mengikuti himbauan dari pemerintah setempat. Ini merupakan langkah yang sangat baik. Apalagi saat ditempat pengungsian, mereka saling bahu membahu dan saling menguatkan.
Tahun 2019 adalah tahun politik, tahun pemilihan presiden, tahun penentuan…
Jangan ikuti apapun atau siapapun yang mengarahkan kita kepada kebencian, hasut, fitnah atau hoax, dan ketakutan berlebihan alias teror. Kalau kita ikuti maka akan berdampak kepada keseimbangan batin dan raga kita sendiri yang juga akan mempengaruhi rejeki. Percayalah, saat ini ada upaya besar untuk mengacaukan pemilihan presiden. Tetapi, juga ada upaya besar untuk mencegahnya.
Jadi, kita tidak perlu khawatir akan hal ini. Biarkan pemerintah bekerja. Kita juga bekerja sesuai keahlian kita masing-masing. Fokus pada pekerjaan kita saja dan berusahalah yang terbaik. Karena saya percaya, jika sudah saatnya matahari terbit, ya tidak ada seorangpun yang bisa mencegahnya.
Bangsa Nusantara sudah lama berada dalam ‘kemunduran’ dan dalam beberapa tahun terakhir sudah ada progress walaupun belum dirasakan oleh semua pihak. Namun bukti pemerintah bekerja itu memang nyata. Sekarang semua tergantung generasi muda. Ingin bangsa ini maju atau mundur lagi? Saya menghimbau agar kita maju bersama-sama. Karena nasib bangsa ini akan berubah kearah yang lebih baik, jika warganya juga berusaha menuju kearah yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar