Saya terkadang “gemes” dengan sebagian masyarakat Indonesia. Karena literasi yang rendah, sehingga kebanyakan “waton ngomong”, “asal jeplak alias bacot”, “asal ngasih pernyataan”, dan sebagainya. Ya, boleh lah kalau dikatakan ini merupakan sedikit kegelisahan saya. Ini soal tabiat minum kopi orang Indonesia. Saya pikir saya sendirian, eh ternyata tidak. Banyak kopi barista yang saya temui kurang lebih memiliki pandangan yang sama.
Pengetahuan orang Indonesia tentang kopi, umumnya sangat memprihatinkan dan tradisi minum kopinya juga menyedihkan. “Orang kita itu kebanyakan gak ngerti kopi, tapi ketika dijelaskan kebanyakan ngeyel. Memang tidak mudah mengedukasi orang awam yang datang ke kafe” begitu pernyataan Mas Fadhil, kopi barista yang saya temui di Jogja City Mall kemarin. Lain lagi dengan Sayid Ali, spesialis Kopi Luwak Arabika Java Organik dari Bantul.
“Perlu edukasi terus menerus Mas. Bisa dibuat event-event lokal, nasional, dll. Seperti event minum kopi disepanjang Jalan Malioboro kemarin itu saya pencetus idenya” imbuhnya. Mas Pepeng, pemilik Klinik Kopi juga memiliki filosofi mulia mengenalkan kopi Indonesia dengan metode pemanggangan “light”. Kebanyakan kopi-kopi yang tersedia di kafenya tidak pahit atau samar-samar saja pahitnya.
“Selera orang kan lain-lain mas!”…..ya memang betul itu, saya juga setuju. Selera tidak bisa di“judge”. Yang jadi pertanyaan, ketika kita bilang seperti itu apakah murni pernyataan setelah kita paham kopi, atau hanya karena gak mau tau atau “emang gue pikirin”? Yang sering terjadi adalah “gak mau tau”, padahal kopi Indonesia itu juara dunia dan salah satu dari 4 komoditas ekspor! Soal kualitas, Kopi Vietnam itu lewat!!!
Pada tahun 2016 bulan Juni saya menulis tentang kopi Indonesia dan mengkritik seorang traveler karena dangkal pemahaman-nya soal kopi. Dia bilang kopi Vietnam enak! Hellloowww! Dalam dunia perkopian, sebenarnya kata “enak” itu ada klasifikasinya jika kita berbicara “kopi khusus (specialty coffee)”. Specialty Coffee adalah biji kopi (umumnya varietas arabika) yang memiliki grade paling tinggi kualitasnya dan Indonesia juaranya.
Tetapi kalau sudah dicampur dengan condense milk, glukosa, sukrosa, creamer, kebanyakan susu cair, kasih topping cokelat, whip cream, gula ini dan gula itu, vanilla foam, bubuk kakao dan lain sebagainya? It is coffee or ? Ya lagi-lagi itu selera. Tetapi bukan itu yang dimaksud “enak” oleh para ahli kopi.
Nah, kali ini saya mau membeberkan fakta soal kopi Indonesia agar kita semakin bangga dan minimal bisa adu argumen jika ada yang menjelek-jelekkan kopi Indonesia. Check it out!
- Kopi Arabika Sumatera Gayo, Lintong, Kerinci, Solok Minang, Bengkulu, Jawa Barat Preanger dan Papandayan, Jawa Tengah Temanggung, Jawa Timur Bondowoso dan Kalisat, Bali Kintamani, Flores Bajawa, Sulawesi Toraja, dan Papua Wamena adalah “Specialty Coffee” yang dipamerkan pada perhelatan World of Coffee (WoC) Budapest 2017 di Hung Expo Budapest, Hongaria, pada tanggal 13-15 Juni. Transaksi sebesar 4,9 juta dollar AS pun berhasil dibukukan selama pameran dan kopi Indonesia jadi rebutan para “buyer”.
- Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian pada tahun 2017 mencatat, ada 1.233.483 hektare perkebunan kopi di Indonesia yang terdiri atas lahan kopi robusta (912.135 hektare) dan lahan kopi arabika (321.158 hektare). 1 hektare lahan kopi di Indonesia bisa memproduksi 707 kg kopi.
- Tahun 2016, produksi kopi robusta di Indonesia adalah 465.600 ton dan arabika sebanyak 173.900 ton. Di tahun yang sama pada tanggal 14-17 April di ballroom Georgia World Congress Center Atlanta – USA, kopi Indonesia menjadi jawara dalam ajang kompetisi kopi internasional yang diselenggarakan oleh Specialty Coffee Association of America (SCAA). Ada 17 “Specialty Coffee (Kopi Khusus)” yang dipamerkan dari berbagai pulau di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, dan Papua Wamena.
- Berdasarkan data Kementan (Kementerian Pertanian), selama 15 tahun terakhir luas lahan perkebunan kopi robusta menyusut 26% (dari 1,23 juta hektare menjadi 912.135 hektare) dan luas lahan arabika meningkat 287% (dari 82.807 hektare menjadi 321.158 hektare). Mengapa demikian? Karena permintaan pasar terhadap kopi Indonesia varietas arabika meningkat luar biasa khususnya yang “specialty coffee”.
- Di Indonesia, tren “Specialty Coffee” merebak sejak tahun 2010.
Banggalah dengan kopi Indonesia! Kopi itu unik. Ada yang sedikit pahit, kecut, segar. Ada yang pahit samar-samar dan dominan manis. Kopi itu “dalam”.
Salah satu nara sumber :
https://www.facebook.com/alexander.ali.355 (Sayid Ali)
Referensi dari berbagai sumber :
1. Majalah Tempo Edisi Khusus Kopi : Rasa, Cerita, dan Aroma
2. www.indonesian-investment.com
Referensi dari berbagai sumber :
1. Majalah Tempo Edisi Khusus Kopi : Rasa, Cerita, dan Aroma
2. www.indonesian-investment.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar