“Gaya bener judulnya?” Suka-suka gua dong! Blog gua ya cara gua, nyinyir amat lu tong!. Ha ha ha…ya Indonesia sejak tahun lalu (mungkin) memasuki era nyinyir. Ah, peduli setan ama orang-orang yang nyinyir! Buang-buang enerji coy! Sehat kagak tapi “sakit” iya. You cannot make everyone happy guys!
Okay guys, this is my first article for 2018. Just like what I’ve wrote in my previous article if “consistence is not easy especially writing article like this”. Imagine, you are writing but you are not getting money from it! You know, I don’t f**k*ng care about money especially in this case because I am writing for sharing. Yes, sharing to you my special readers.
Tahun 2017 lalu menjadi tahun the best bagi saya sebagai seorang guide. Kenapa? Selain dapat lumayan banyak job dari Travel Agent, saya juga bisa mengajak keluarga ke Bali dan bisa “menjamu” orang tua ketika mereka datang ke Jogja selama beberapa hari, serta bisa mengunjungi orang tua beberapa hari di Sumatera Selatan.
Namun, saya belum traveling lagi keluar negeri dikarenakan kendala “dana”. You know, sampai sekarang pun saya masih ngontrak coy! Harga tanah dan rumah di Sleman – Yogyakarta itu bikin kepala geleng-geleng. Super mahal! Jogja memang identik murah tapi soal kuliner coy!. Kalau soal tanah dan properti tidak kalah mahalnya dengan Jakarta.
Vihara Dhamma Sundara, Surakarta - Jawa Tengah(Kunjungan ke Vihara bersama Group Nalanda)
Beberapa klien yang saya layani sangat berkesan bagi saya. Mereka berhasil “memaksa” saya untuk terus meningkatkan kualitas diri, dan saya menyadari bahwa sebagai guide masih banyak yang harus saya pelajari. Mereka adalah klien dari Mongolia (Tamu Group), Nalanda Buddhist Society Malaysia dan Buddhist Fellowship Singapore (Tamu Group), dan tamu keluarga dari Belgia.
Mungkin akan saya tuliskan artikel khusus kedepannya. Intinya tahun yang luar biasa. Dan syukurlah, bayar kontrakan juga lancar. Terima kasih kepada para Travel Agent yang mempercayakan tamu-tamunya untuk saya servis. Sedangkan untuk tamu pribadi hanya 3x yaitu dari Singapura, Malaysia, dan Myanmar. Cukup berkesan juga sih. Dan, welcome 2018! Ini adalah tahun LUAR BIASA. Kenapa?
Angka 2 adalah simbol dualisme dunia demi keseimbangan, angka 0 adalah keheningan atau kehampaan yang bisa juga diartikan meditasi dan konsentrasi, angka 1 adalah ketuhanan atau “manunggal”, angka 8 adalah keberuntungan yang tak terhingga. Well, inilah filosofi 2018 berdasarkan interpretasi saya. Sejak awal Januari 2018, saya tanamkan sugesti positif terhadap diri saya sendiri bahwa tahun ini akan menjadi tahun terbaik!
2018 filosofinya sangat dalam. Terletak unsur “cokro manggilingan”, spiritualisme, refleksi diri, dan keberuntungan hidup. Maksudnya?
Angka 2. Yang kita harus pahami bersama bahwa hidup dan kehidupan ini memiliki siklus. Terjadinya siang dan malam, adanya matahari dan bulan, api dan air, angkasa dan bumi, mikro kosmos dan makro kosmos, baik dan jahat, serta peradaban gelap dan terang disebut sebagai “Cokro Manggilingan”. Semuanya demi keseimbangan yang terjadi di alam dunia maupun alam ruhani atau spiritual. Alam “abu-abu” juga merupakan bagian dari prinsip ini. Ini menurut interpretasi saya.
Filosofi 0. Hidup sejatinya adalah ilusi bila melihat dari sudut pandang makro kosmos. Intinya “we are just dust in this universe”. Bila melihat dari kacamata bumi, hidup ini penuh dengan “kemelakatan” atau keinginan-keinginan indrawi. Tidak ada yang salah dengan itu semua karena ini memang sudah resiko kita hidup sebagai manusia. Terkadang, keheningan atau kehampaan atau meditasi dan konsentrasi sangat diperlukan demi menyeimbangkan dan mengontrol keinginan-keinginan tersebut. Caranya pun bermacam-macam. Tergantung manusianya. Itulah filosofi angka 0 bagi saya.
Angka 1. Bahwa setiap manusia memiliki sifat “ketuhanan” didalam dirinya terlepas dari apa warna kulitnya, sukunya, agama atau kepercayaannya, bangsanya, rasnya, dll. Sifat “ketuhanan” ini atau istilah lainnya adalah “God Spot” terletak di kecerdasan spiritual. Sifat yang bisa “dipupuk” dengan berbagai macam metode tergantung dari manusia tersebut. Contohnya sifat “welas-asih”. Ini adalah sifat universal yang bisa dimiliki oleh siapapun. Upaya untuk “memupuk” sifat tersebut merupakan contoh dari “manunggal”. Hubungan manusia dengan apa yang dia percayai.
Angka 8 merupakan simbol siklus keberuntungan bagi sebagian orang. Enerji yang kembali keasal dan berulang-ulang, siklus yang proporsional, juga ada prinsip keseimbangan disana, enerji yang tak terbatas, dll. Tapi harus hati-hati. Kenapa? Siklus ini tergantung bagaimana manusia meyakini, menyikapi, dan mempraktekan apa yang dia yakini. Karena semua tergantung kepada keyakinan teguh masing-masing. Itulah kenapa untuk tahun ini sugesti positif sangat bagus untuk keberuntungan kita kedepan.
Well, entah mengapa semenjak bulan lalu sampai sekarang, saya suka berkutat dengan hal-hal filosofis dan spiritual. Saya melakukan hal ini tahun-tahun sebelumnya tapi tahun ini enerji yang saya rasakan lebih besar. Saya sengaja menulis hal ini untuk kawan-kawan agar lebih optimis, sugesti positif, kurangi nyinyir (saya juga kadang masih nyinyir. Ayo kita fighting bareng-bareng), dan teguhkan keyakinan kita untuk suatu hal yang positif.
Borobudur Sunrise dan Arca Siddharta Buddha Gotama
Bulan lalu menjadi bulan terbaik saya selama menjadi guide. Lebih banyak bersinggungan dengan hal-hal yang bersifat “Buddhism” dan dapat job-job dadakan sehingga bisa sedikit menambah uang tabungan. Maklum! Bulan Januari-Februari itu low season coy! Dan, tahun ini saya sudah beli tiket Jogja – KL (Pulang - Pergi) tetapi saya belum memutuskan negara mana yang akan saya jelajahi seorang diri. Ya, tahun ini saya akan belajar menjadi seorang Solo Traveler. Mungkin Vietnam – Cambodia atau hanya Cambodia saja. I’ll see tht later.
Awal yang bagus untuk tahun 2018. Dan, walaupun sekarang waktu menunjukkan pukul 01.08 AM, saya semangat sekali menulis artikel ini. Ayo kawan-kawan. Memupuk sugesti positif diawal tahun ini akan bagus untuk keberuntunganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar