Masjid Omar Ali, Masjid kebanggaan Brunei
Halo guys!. Saya senang sekali, blog saya
diapresiasi oleh kawan-kawan di Brunei Darussalam. Sudah hampir 200 pembaca, dan semoga kedepannya semakin
banyak lagi. Saya juga berharap di Indonesia banyak pembaca menyukai tulisan-tulisan saya. Saya
sangat bahagia karena blog saya juga
diapresiasi di negara-negara yang lain. Hanya saja, blog saya belum
menghasilkan uang, karena memang untuk sementara ini saya menolak iklan. Saya menulis untuk
kepuasan batin dan murni berbagi pengalaman saja. Intinya, blog saya belum
komersil. Ya, semoga kedepan dapat
menghasilkan “sesuatu”. Amin.
Orang menulis
itu memiliki niat dan motif yang berbeda-beda. Ada yang ingin populer, ada yang
untuk cari uang, ada yang demi kepentingan politik atau menulis hoax untuk
menyebarkan fitnah, dan lain sebagainya. Saya tidak mau seperti yang
terakhir. Menulis untuk suatu hoax itu
berat tanggung-jawabnya. Guru Bahasa Indonesia saya semasa SMU pernah berkata
“menulis itu apapun niat dan motif kamu sah-sah saja”. Memang sah-sah saja,
tetapi semua itu ada konsekuensinya. Bagi saya, menulis sesuatu yang positif itu lebih menyenangkan.
Yah, blog saya sangat sederhana. Saya juga
tidak berharap yang muluk-muluk bisa menjadi penulis terkenal seperti Trinity
"The Naked Traveler" atau Gol A Gong yang legendaris itu. Semua punya rizki masing-masing. Bagi saya
pribadi saat ini “aku menulis, maka dari itu aku ada”. Menulis itu dibuat enjoy saja.
Masjid Sultan Bolkiah, Masjid kebanggaan kedua masyarakat Brunei
Setelah sekian
lama menulis artikel tentang destinasi-destinasi di Indonesia, saya dapat ide
lagi untuk menulis tentang Brunei. Maaf ya menunggu lama. Menulis memerlukan mood dan inspirasi. Bagi saya, menulis
dengan hati dapat membuat saya ikhlas dalam menuangkan ide-ide. Entah mengapa,
malam ini begitu banyak hal yang saya pikirkan perihal jalan-jalan. Saya rindu
ingin melancong keluar negeri lagi, tetapi entah kapan. Kemauan itu memang
harus sesuai dengan kemampuan ya guys. Namun, saya percaya semua ada jalan bila ada
niat.
Perjalanan
saya ke Brunei bersama Halim dan Asep (nama samaran) 2 tahun yang lalu
menghasilkan beberapa tulisan yang kawan-kawan semua dapat membacanya di blog
ini juga. Tulisan kali ini merupakan yang terakhir, karena sejujurnya saya
sudah kehabisan ide untuk menulis tentang Brunei. Tetapi bila dilain kesempatan saya dapat
mengunjungi Istana Nurul Iman, maka saya akan mendapatkan bahan untuk menulis
lagi.
Saya dan Halim
jalan-jalan bukan untuk pamer guys. Apakah kami kaya? Belum guys. Saya saja masih ngontrak
rumah. Tahu kan harga properti di
Kabupaten Sleman – Yogyakarta mahalnya minta ampun. Kami traveling karena kami menabung, dan menahan untuk membeli sesuatu
yang kurang penting. Memang tidak mudah, dan banyak godaan tentunya. Beruntungnya
kami, jalan-jalan merupakan hobi dan pekerjaan. Jangan mupeng ya? he he.
Brunei itu
cinta pertama guys. Bagaimana mungkin saya bisa lupa dengan segala hal yang telah
terjadi di Brunei? Suatu pengalaman 6 hari yang berkesan. Sampai sekarang pun,
semua itu berlalu-lalang dipikiran saya. Sedapnya Ambuyat, murahnya Nasi Katok,
wisata Kampung Ayer yang awesome,
saling berinteraksi dengan warga lokal,
serta kemurahan hati Bang Lani sebagai Tuan Rumah membuat kenangan ini terpatri
dalam jiwa saya. Hutang budi ini pun hingga kini belum terbalas.
Wisata Kampung Ayer, wisata adrenalin apabila dipandu orang yang tepat
Kini Halim
yang merupakan kawan seperjalanan saya ke Brunei, semakin sibuk dengan
pekerjaannya selaku pemandu gunung api. Nampak semakin sulit bagi saya untuk
mengajaknya melancong keluar negeri. Rekan seperjalanan saya ke Malaysia dan
Thailand yaitu Sofyan, juga sibuk dengan urusannya. Saya harus mencari teman lain, atau akan
mencoba menjadi solo traveler
kedepannya. Well, life must go on.
Saya memiliki
banyak rekan seprofesi, tetapi tidak mudah mencari seseorang yang dapat
dijadikan team. Cocok-cocokan sih, atau Bahasa Jawa nya “jodo-jodonan”. Tentu,
saya akan kembali ke Brunei tetapi melalui rute yang berbeda. Saya ingin
mencoba rute Pontianak – Kuching – Miri – Brunei. Kemudian, berlanjut ke Kota
Kinabalu dan Sandakan, lalu diakhiri ke Provinsi Kalimantan Utara – Indonesia. Rute ini belum
pernah dicoba oleh pelancong Indonesia. Yeah, baru rencana sih. Doakan saya ya guys. Rencana dulu. Segala sesuatu bisa saja berubah kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar