“Yeah, I’m in love to be honest.
First time I knew about Malaysia, when I was 5th grade student of
elementary school in South Sumatera Province, Sumatera Island, Indonesia. My
teacher told me about the relationship between Indonesia and Malaysia was just
like Romeo and Juliet. If you know what I mean, falling in love each other’s,
need each other’s, but their parents disagree. To be honest I don’t like the
ending. That’s why I hope in the reality; between Indonesia and Malaysia will
happy ending like Rama and Shita.
“For me, Malaysia is special
country because I have many good friends here. The people, the local language
and the foods in Malaysia, remind me with everything in South Sumatera Province.
Although I am Javanese, but my friends in elementary school long time ago were
good to me. Malaysia and Indonesia especially some provinces in Sumatera have
so many similarities in many things. This is my personal reasons why I’m in
love with Malaysia”.
Drama
banget ya? he he. Tidak bermaksud
mendramatisir sih, tetapi memang
seperti itulah realitanya. Entah mengapa, ada sesuatu yang kuat dari Malaysia
didalam hati saya.“I don’t know what
exactly, but something strong. It will bring a good thing for my life”. Saya
sering sekali membawa tamu dari Malaysia apakah itu etnis Melayu, Cina, atau
India. Sebagian besar dari tamu saya menjadi kawan hingga sekarang, dan
memiliki hubungan yang baik, bahkan beberapa diantaranya bertukar cindera mata
alias souvenir.
(Malaka, Bandaraya Bersejarah)
Perjalanan saya ke Malaysia bulan lalu,
adalah takdir baik bagi saya dan Sofyan Yudianto, rekan traveling. Semua hal yang terjadi di Malaysia sungguh diluar
ekspektasi. Niat kami memang tidak hanya untuk jalan-jalan saja, tetapi juga bertemu
kawan-kawan baik dari pihak Sofyan maupun saya pribadi. Tidak disangka, Peggy
Ng dan Nicholas Teo yang merupakan teman Sofyan, selain menjemput kami dari
KLIA 2 International Airport, juga mengantarkan kami untuk berwisata malam di
Malaka aka Melaka atau Malacca yang merupakan “World Heritage City that declared by UNESCO on 7th July
2008”, makan malam dengan Sate Celup khas Malaka di Jonker Street yang tersohor
itu, serta diantarkan untuk check in
di hotel. “What a wonderful night at that
time. It was amazing night”.
(I have to confess that, Cendol in Malaka is better taste than Indonesia)
Sungguh
awal yang indah kan?. Pagi harinya,
mereka berdua masih membantu kami untuk mengeksplorasi kawasan Jonker Street,
benteng Famosa, berkunjung ke Musium Zheng He (Cheng Ho), mencoba Nyonya Cendol
yang sumpah rasanya enak banget, lalu
makan siang di Kuala Lumpur dan berlanjut ke Batu Cave yang nota bene destinasi wajib bagi turis
Indonesia.
Kemudian, kami berkunjung ke Thean Hou Temple
(Klenteng Cina) yang terkenal sebagai tempat sakral bagi pasangan muda-mudi
etnis Cina yang mau menikah. Setelah puas, kami diantarkan didepan Suria KLCC,
dekat Petronas Twin Towers untuk berjumpa dengan kawan saya, Nurhanani Badarrus
Shaleh. Speechless saya!. “Peggy Ng and Nicholas Teo, xie xie ni!. Wo
xe jen te jen te wo ai both of you!”.
(Thean Hou Temple, a famous Chinese Temple in Kuala Lumpur. Dok.Sofyan Yudianto)
The next thing, Nani
menjadi pemandu kami selanjutnya di Menara Kembar yang merupakan simbol
kemajuan dan kebanggaan Kuala Lumpur, menemani kami, dan mentraktir kami minum
dan makan kudapan di Melur & Thyme. Wah, perut kami hampir tidak muat guys. Setelah bertukar pikiran bersama
Nani dan Najwad, tidak terasa sudah 1 jam lebih. Pesan pun masuk via Whatsapp,
ternyata teman saya yang lain, Zarifah Chahrom dan Alexander Videm sudah
datang. Saya pun keluar dari resto dan memperkenalkan mereka ke Nani dan
Najwad. Karena dirasa cukup, mereka berpamitan, tetapi sebelumnya saya
memberikan souvenir berupa kaos khas
Jogja kepada Nani. “Thank you very much
Nani dan Najwad for awesome hospitality”.
(Petronas Twin Towers, a symbol of modernity in Kuala Lumpur. Dok.Sofyan Yudianto)
Zarifah ingin mengajak saya dan Sofyan untuk dinner. Oh my goodness! Berat badan kami pasti akan naik. Zarifah dan Alex
adalah klien yang pernah saya servis saat vacation
di Jawa 2 tahun lalu. Saat itu, keluarga besar Alex dari Norwegia juga ikut
berwisata. Tidak tanggung-tanggung, 2 minggu mereka habiskan untuk traveling kemari dengan rute Yogyakarta
(Prambanan, Kraton Yogya, Tamansari) - Borobudur - Dieng Plateau - Tawangmangu - Gunung Lawu -
Bromo – Ijen.
Setelah
dari Jawa, mereka rehat sejenak beberapa hari di Bali, lalu melanjutkan trip ke Pulau Komodo. Selama 2 minggu
bersama mereka, kami mengenal satu sama lain dengan baik. Nah, Desember 2015
kemarin mereka datang lagi ke Indonesia, dengan trip khusus di Pulau Sumatera
(Sumatera Utara dan Sumatera Barat), selama 2 minggu lagi!. Wow.
Sebelum
berpamitan, saya memberikan buku karangan Trinity edisi bahasa Inggris yang
berjudul “The Naked Traveler, Across the Indonesian Archipelago”, dengan
harapan jika mereka ada masa, mereka bisa berwisata ke Indonesia lagi dengan
destinasi yang berbeda. Mereka juga memberi saya oleh-oleh, berupa gantungan
kunci eksklusif Star Wars dari Royal Selangor. Saya senang sekali!.
Star
Wars adalah salah satu film favorit saya. Karena ada janjian dengan teman yang
lain (lagi) di Mc Donald Suria KLCC, kami diantarkan kelokasi untuk bertemu
dengan Subashini Maniam dan Ram Jay. Setelah saling perkenalan, Zarifah dan Alex
berpamitan. “Thank you very much Zarifah
and Alexander, hope can meet you again”.
Akhirnya
saya berjumpa lagi dengan Subashini, hanya saja kali ini Subashini sudah
menikah pada bulan Februari yang lalu. Pertemuan kami memang singkat, dan tanpa
basa – basi saya memberikan lagi buku Trinity sebagai kado pernikahan, yang
edisi bahasa Inggris dong tentunya.
Dua tahun yang lalu, Subashini dan teman baiknya, Elizaberth Sandasanamy ke
Yogyakarta untuk berwisata selama 4 hari.
Karena
Elizaberth akan menikah juga pada tahun ini, maka saya titipkan lagi 1 buku
Trinity kepada Subashini untuk sahabatnya itu. Saat di Jogja, saya memberikan bonus trip kepada mereka, yaitu melewati
Masangin (Masuk diantara Pohon Beringin), di alun-alun selatan Kraton
Yogyakarta. Mereka pun sukses. Saya bilang, kalau mereka yakin maka harapan
akan terkabul dalam waktu dua tahun, dan menikah adalah harapan mereka, “and this is the year! 2016!. Happy for them! And I am so happy also!”.
Setelah dikasih oleh – oleh 1 box donut, kami langsung diantarkan ke kawasan
Brickfield, untuk check in di hotel.
Karena besoknya, kami harus ke Butterworth via KTM dari Stasiun KL Center. “Thank you very much Suba and Jay.
Speechless again!”.
Hotel
tempat kami bermalam yaitu My Hotel, ternyata sudah dibayar oleh teman baik
saya yang lain, Hamizan Sahari. Tidak hanya itu saja, tiket KTM dari Kuala
Lumpur ke Butterworth juga sudah dibayar oleh Hamizan. Ternyata sebelum
berpisah dengan Peggy dan Nicholas, Peggy menyerahkan voucher untuk hotel dan
KTM kepada Sofyan. Oh mamamia!.
Otomatis
saya terkejut. Segera saya mengirim pesan via Whatsapp ke Hamizan. “Thank you very much for your kindness,
Hamizan”. Karena waktu yang terbatas, saya dan sofyan tidak bisa berjumpa
dengan Hamizan. Kebaikan ini adalah hutang bagi saya. Tentu saya tidak akan
lupa untuk membalas budi baik ini kedepannya.”My
Malaysian friends thank you so much”. Malaysia dan Indonesia adalah negara
satu rumpun satu rantau. Malaysia selalu dihati kami.
Morals
of the story: If you have good friends, keep them tight in your heart. When
they are treating you well, you have to treat them very well in the next
opportunities in the future.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar