Tulisan Trinity yang diterbitkan pada tanggal 10 Februari 2016, yang berjudul “Mengintip Program Pariwisata Negara Tetangga” (http://naked-traveler.com/2016/02/1...) sejujurnya membuat saya kepikiran. Lalu, saya mendapatkan inspirasi yang lagi-lagi datangnya kok ya pada tengah malam. Begini
kawan-kawanku semua, apa yang dituliskan oleh Trinity "The Naked
Traveler" itu tidaklah salah, dan tidak ada tapi-tapian. Mbak Trinity
mendapatkan semua data kuantitatif dari ASEAN Tourism `Fair (ATF) yang
diselenggarakan pada tanggal 18 – 25 Januari 2016 di Manila, Filipina.
Semua datanya otentik sesuai pengalaman dilapangan. Maka, ijinkanlah
saya membagikan informasi dari sudut pandang yang lain, sudut pandang
seorang guide seperti saya yang bekerja dilapangan, dan pekerjaan ini menjadi ujung
tombak pariwisata di Indonesia. Dan semoga
tulisan saya dan Mbak Trinity, dibaca oleh Pak Arief Yahya selaku
Menteri Pariwisata saat ini. Tulisan saya ini adalah subjektif,
berdasarkan empirical experiences, dan mayoritas data yang saya peroleh adalah
hasil dialog serta diskusi dengan tamu-tamu saya. Saya mulai saja.
1.Thailand
Thailand
adalah “King of Tourism in Southeast Asia”. Tahun 2014, negara ini
berhasil menarik wisatawan mancanegara sebanyak sekitar 27 juta orang,
dan tahun 2015 kemarin meningkat menjadi 29,8 juta. Wow, suatu prestasi
bagi Thailand. Bom yang mengguncang Bangkok, tidak terlalu terpengaruh
terhadap dunia pariwisata.
Saya
mempunyai kawan-kawan Thailand yang bekerja sebagai guide dan Trip
Leader , mereka memang sempat mengeluh sepi wisatawan, tetapi setelah
2-3 bulanan dunia pariwisata pulih seperti sedia kala. Kenapa Thailand
begitu digdaya, guys? Karena memang pemerintahnya sadar betapa
pentingnya pariwisata sebagai sumber pendapatan negara.
Saking
totalitasnya, semua hal yang dapat dijadikan sumber uang dan menarik
wisatawan didukung oleh pemerintah, mau jadi ladyboy beneran pun
didukung. Selain itu, pariwisata Thailand merata mulai dari selatan
(Phuket dan termasuk pulau-pulau kecilnya), tengah dengan Bangkok dan
Pattaya disebelah timur sebagai magnet utama, Ayutthaya dengan wisata
sejarahnya, dan Chiang Mai serta Chiang Rai diutara dengan wisata seni
budaya beserta alamnya.
Kemudian, Thailand juga didukung oleh lokasi
yang strategis berada di jantung Indo-Cina, infrastruktur yang baik,
warga yang sadar pariwisata, menggratiskan visa lebih ke seratus negara,
dan negara ini tidak pernah dijajah oleh kolonial. Thailand dijadikan
buffer zone, sehingga negara ini dijadikan basis netral oleh dua
kolonial besar di Indo-China dan Semenanjung Melayu yaitu Britania dan
Perancis (what a lucky country).
Maksud
saya, negara ini kekayaannya memang mantap. Tidak pernah dirampas
emas-emasnya, kecuali oleh invasi Burma yang memporak-porandakan
Ayutthaya. Kekayaan negara ini, benar-benar digunakan semaksimal mungkin
untuk memajukan pariwisata mereka. Thailand begitu digdaya, karena
memiliki kekayaan negara yang luar biasa, serta dukungan pemerintah yang
luar biasa pula. Indonesia harus belajar dengan Thailand dalam banyak
hal, dan butuh waktu cukup lama untuk mengalahkan negara ini dalam hal
pariwisata.
2.Malaysia
Sebagai
juara dua, kita tidak boleh iri kawan-kawan dengan Malaysia.
Melanconglah ke Malaysia, dan kalian akan melihat betapa majunya negara
ini. Malaysia memang tidak sekaya Indonesia dalam hal destinasi wisata,
tetapi mereka memiliki program-program yang termanajemen dengan baik dan
terintegrasi seperti di Thailand.
Politik dinegara ini juga lebih
mementingkan harmoni, relatif stabil walaupun kadang-kadang terjadi
gejolak, tetapi cepat penanganannya. Malaysia memiliki modal kuat untuk
pariwisata, infrastruktur yang sangat baik, maju, modern, dan makanan
yang masih termasuk ramah dikantong (walaupun sekarang banyak warga
mengeluh apa-apa mahal). Tetapi pertimbangkanlah satu hal guys..
Saya
sering membawa tamu dari Malaysia apakah itu etnis Melayu, Tionghoa,
ataupun India. Pada suatu masa di bulan Januari
2016, saya membawa tamu yang sangat spesial. Bukan orang sembarangan,
dan saya pun tidak boleh sebut nama ataupun jabatannya.
Yang
menarik adalah, ketika saya sampaikan bahwa tahun 2015 Malaysia juara
dua untuk kunjungan wisatawan mancanegara, dia tidak percaya. Beliau
berkata, Malaysia tidak seperti Indonesia dimana turis benar-benar
datang untuk melancong, dan menghabiskan waktu lama untuk menjelajah
dari Jawa – Bali – Lombok – Flores – Komodo (Bapak ini juga sudah
berkali-kali ke Indonesia).
Malaysia
adalah negara yang memang dijadikan pusat bisnis. Banyaknya orang luar
ke Malaysia karena tujuan utamanya untuk berbisnis, tetapi oleh
pemerintah itu juga dihitung sebagai pelancong. Beliau menyakini, bahwa
sekitar 20 juta lebih wisatawan yang ke Malaysia tahun 2015 adalah
mayoritas lebih untuk urusan bisnis. Karena sangat jarang sekali
wisatawan bule yang terlihat di Malaysia. You may believe in me or not
but this is my real experience.
3.Singapura
Singapura
juara 3? . Secara kuantitatif oke lah 15 juta wisatawan pada tahun
2015, tetapi pertimbangkanlah satu hal kawan-kawan. Turis Singapura
adalah turis terbesar yang datang ke Indonesia khususnya 3 destinasi
(Batam – Yogyakarta – Bali). Saya yakin, orang-orang Eropa yang transit
ke singapura pun dihitung sebagai pelancong, dan masa tinggal mereka di
negara kecil ini sangatlah singkat rata-rata 1 hari atau maksimal 2
hari. Berbeda dengan di Indonesia, kalau dari segi lama tinggal dan
membelanjakan uang demi perjalanan , maka Indonesia lebih unggul.
Orang-orang
Eropa, USA, dan negara-negara barat yang lain ketika mengunjungi
Indonesia, itu lebih dari 2 minggu guys. Saya pribadi, membawa tamu Eropa
paling minimal adalah 5 hari hanya Yogyakarta – Bromo – Surabaya. Itu
setelah dari Surabaya, terbang ke Bali dan minimal 5 hari untuk bersenang-senang . Kemudian, lanjut
ke Lombok selama 2-3 hari. Ini rute umum untuk para bule (selain Australia),
belum lagi Flores dan Pulau Komodo atau Raja Ampat (cari sendiri dah
infonya). Untuk data angka Indonesia memang kalah, tapi untuk kualitas
dan length of stay Indonesia juara 3.
Kalaupun di Singapura sampai 5 hari,
mau ngapain disana? Singapura kebanyakan untuk transit saja bagi
tamu-tamu bule. Walaupun ada city tour keliling Singapura, tapi bagi
bule 1 atau 2 hari di Singapura adalah lebih dari cukup. Tidak ada
yang banyak bisa dilihat di negara ini. Bagi bule, Universal Studio itu
tidaklah wow. Alam, seni dan budaya Indonesia itulah magnet utama
mereka.
4.Indonesia
Nah,
giliran Indonesia. Tahun 2015 kemarin mampu menarik wisatawan
mancanegara sebanyak 10,47 juta (BPS). Apa yang diucapkan oleh Pak Arief
Yahya saat ATF 2016 di Manila itu memang benar, tidak usah gonta-ganti
slogan tetapi fokus terhadap apa yang sudah dimiliki, yaitu “Brand Wonderful Indonesia”.
Perlu
diketahui guys, Pak Arief Yahya ini adalah menteri pariwisata yang baru
tetapi gebrakannya luar biasa dibandingkan menteri-menteri sebelumnya
yang kurang gairah (dan malah ada yang tersandung kasus korupsi segala).
Awalnya, saya antipati dengan beliau, tetapi saya terkejut karena
beliau berhasil bekerja sama dengan Pak Rizal Ramli sehingga program 90
negara bebas visa dapat direalisasikan. Dia adalah satu-satunya Menteri
Pariwisata yang berani dan optimis sepanjang sejarah Indonesia modern,
dengan target 20 juta wisatawan mancanegara.
Kelebihan
Pak Arief Yahya adalah dalam segi promosi luar biasa. Suntikan dana
dari pemerintah untuk promosi memang tidak sedikit, dan sejauh
pengamatan saya promosi yang dilakukan sangat efektif dan mengena. Film
pendek tentang Wonderful Indonesia Culture & Heritage dan Wonderful
Indonesia Diving (check on Youtube please) mendapatkan penghargaan
internasional pada perhelatan “International Tourism Film Festival
(ITFF) di Bulgaria ke-11 yang bertajuk “On the East Coast of
Europe”.Masih prestasi yang lain dan terbaru, Wonderful Indonesia
berhasil menjadi juara umum dengan menyabet 3 kategori dari 6 kategori
ASEAN Tourism Award (ASEANTA) 2016 di Manila, Filipina.
Adapun
kategorinya adalah Best ASEAN Tourism Photo Agung Parameswara – Morning
In Bromo, Indonesia. Kemudian, kategori Best ASEAN Cultural
Preservation Effort Saung Angklung Mang Udjo, Indonesia, dan kategori
Best ASEAN Travel Article The Perfect Wave – Colour Magazine, Garuda
Indonesia. Ditambah lagi, Wonderful Indonesia juga memborong 3
penghargaan inovasi pariwisata di ajang UN-WTO (United Nation-World
Tourism Organization) di Madrid, Spanyol.
Pamungkasnya, Wonderful
Indonesia menyalip Truly Asia Malaysia di World Economic Forum (WEF)
2015 dalam Competitiveness Index, Indonesia naik dari tak ada ranking ke
nomor 47, sedangkan Malaysia bertengger di posisi 96 dunia.
(Picture is taken by Raphael Leiteritz from Switzerland)
Apa sih guys yang tidak dimiliki oleh Indonesia? Di Pulau Sumatera ada Danau Toba dan keindahan negeri Minangkabau menjadi pesona, di Pulau Jawa adalah surga untuk shopping, wisata gunung, wisata alam, wisata candi seperti monumen budhis terbesar di dunia yaitu Borobudur (UNESCO), dan Prambanan sebagai candi hindu terindah di dunia (UNESCO), Bromo yang spektakuler, Semeru dan Kawah Ijen yang mampu membuat siapapun terpana.
Di Pulau Bali merupakan
surga terakhir dimuka bumi, Kepulauan Gili dan Lombok yang Indah, Tana
toraja yang memukau ribuan turis dengan tradisinya, Flores yang
mengagumkan dengan Kelimutu dan Wae Rebo-nya, Komodo yang tidak ada
duanya di dunia, Raja Ampat yang bergelar “the richest marine
biodiversity in the world”, Maluku dan Ternate dengan alam pesisir dan
gunungnya, Kalimantan dengan wisata Konservasi Orang Utan-nya, serta
Sulawesi dengan Bunaken dan Wakatobi -nya. Destinasi Indonesia adalah
yang paling beragam dan kaya dibandingkan negara –negara ASEAN yang
lain.
Tidak ada alasan untuk
pesimis. Tidak ada gunanya itu. Bekerja dan bekerja sebaik mungkin,
khususnya sebagai seorang pemandu saya selalu fair dalam hal promosi.
Walaupun saya spesialis di Pulau Jawa dan kadang-kadang Bali tetapi saya
selalu bilang kepada tamu, bahwa Indonesia tidak hanya Bali dan Jawa.
Video
"Wonderful Indonesia" selalu saya promosikan ke setiap tamu tanpa
terkecuali. Wajib hukumnya bagi seorang pemandu. Adapun kelemahan
pariwisata kita adalah infrastruktur, tetapi ini sedang diperjuangkan
oleh pemerintah (sabarlah kawan-kawan). Kemudian, belum terintegrasinya
pariwisata kita merupakan kelemahan yang lain.
Tetapi,
ada niatan baik dari pemerintahan sekarang untuk pariwisata kita
dibandingkan pemerintahan sebelumnya, sehingga optimis dan berbuat
semaksimal mungkin adalah suatu keharusan. Apa yang Trinity tuliskan
bahwa program pariwisata Indonesia masih mengambang memang benar,
sehingga dengan tulisan ini saya berharap Pak Arief Yahya semakin
semangat untuk terus memperbaiki apa yang kurang. Kalau untuk segi promosi sudah
bagus dan harus terus ditingkatkan.
"Wonderful `Indonesia" harus tetap
dipertahankan. Bagi saya, dengan
segala potensi wisata Indonesia yang ada, sangatlah mungkin Indonesia
akan mengalahkan Thailand walaupun membutuhkan waktu tidak sedikit.
Tetapi, harapan itu ada. Sangat ada, dan sangat-sangat mungkin.
(bersambung)
4 komentar:
Nice info bang. Salam dari Jogja!
Ditunggu kunjungan baliknya di: http://hbima.wordpress.com
Terima kasih Mas Bima. Iya nanti tak mampir. Podo wong Jogjane too
Terimakasih infonya mas
Yang penting tetap semangat untuk kemajuan pariwisata negeri kita ya.
Okay Mas Ikrom. Terima kasih banyak atas support nya. ^_^
Posting Komentar